Nasional

Komisi V DPR RI Soroti Masalah Konektivitas Bandara YIA, Jangan Sampai YIA Bernasib Serupa Kertajati

Jangan sampai permasalahan serupa di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati terulang di bandara baru Yogyakarta ini.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Singgih Wahyu
Rombongan Komisi V DPR RI berfoto bersama direksi PT Angkasa Pura I saat melakukang kunjungan kerja ke proyek pembangunan Bandara YIA di Temon, Kulon Progo, Senin (5/8). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mendesak pemerintah segera menyiapkan infrastruktur konektivitas di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo.

Jangan sampai permasalahan serupa di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati terulang di bandara baru Yogyakarta ini.

Legislator menilai pembangunan konektivitas bandara baru ini sudah mendesak dilakukan.

Ini lantaran perkembangan pembangunan Bandara YIA sudah cukup jauh dan sedikit lagi rampung di akhir 2019 ini sesuai target yang dipasang PT Angkasa Pura I.

YIA Jangan Sampai Sepi Seperti Bandara Kertajati

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Sigit Sosiantomo mengatakan ada dua hal yang perlu dipersiapkan pemerintah untuk mendukung konektivitas Bandara YIA.

Yakni, konektivitas dan integrasi dengan moda transportasi lain yang ada serta penyiapan infrastruktur jalan.

Dari paparan pihak PT AP I, menurutnya pembangunan bandara sudah hampir rampung dan sekarang progresnya sudah sekitar 69 persen.

Namun, rupanya masalah konektivitas ini masih belum tertangani dengan baik.

"Kalau bandaranya sudah hampir selesai, menurut saya. Semoga rencana peresmian bandara di Juli 2020 bisa terlaksana dengan baik dan meningkatkan kunjungan wisata ke Yogyakarta serta memperlancar arus manusia dan barang. Yang ketinggalan ini konektivitasnya, jalan dan kereta api. Pembebasan lahan dan DED ( detailed engineering design) jalan tol dan kereta api belum ada,"kata Sigit seusai kunjungan kerja dan mendengar paparan pihak pelaksana proyek pembangunan YIA di Temon, Senin (5/8/2019).

Jelang Operasional Total Bandara YIA Kulonprogo, Flyover Segera Dibangun di Simpang Gerbang Utama

Ia menyebut, saat ini jarak yang harus ditempuh masyarakat caon pengguna jasa penerbangan di YIA cukup jauh dari pusat kota di Yogya menuju Kulon Progo dan waktu tempuhnya tak bisa dibilang sedikit.

Maka itu diperlukan adanya kereta bandara yang dilengkapi stasiun penghubung dengan kereta api reguler sebagaimana terdapat di Bandara Adisumarmo Solo.

Dengan demikian, waktu perjalanan yang harus ditempuh masyarakat untuk menuju YIA bisa dipangkas secara optimal.

Sedangkan terkait jalur jalan, pihaknya berharap ada jalur tol yang bisa menghubungkan tol TransJawa dengan Bandara YIA di Kulon Progo.

Jalurnya bisa mengambil arah dari Bawen (Ambarawa) menuju ke selatan lalu ke Kulon Progo ataupun lewat Kartosuro (Sukoharjo) ke Yogyakarta dan langsung menuju Bandara YIA.

Sigit menilai, langkah pemerintah membangun ruas tol di Jawa setahun ini sudah cukup bagus hanya saja belum menyentuh wilayah Yogyakarta di mana terdapat bandara baru berkapasitas besar.

"Evaluasi kami, setahun ini transportasi kita lihat sudah semakin baik. Jalur tol sudah sangat membantu tapi belum sampai ke Yogyakarta. Jakarta ke Solo atau Surabaya sudah cepat, 10 jam. tapi, begitu Yogya-Solo bisa 2-3 jam. Saya kira perlu nyambung jalan tol TrnasJawa dengan Yogya dan bandara,"kata Sigit.

AP 1 Dorong Percepatan Moda Transportasi Darat untuk Dukung Akses Bandara YIA

Ia berjanji akan segera menanyakannya kepada pihak kementerian terkait atas jalur tol dan kereta api tersebut.

Pihaknya tak ingin Bandara YIA bernasib seperti Bandara Kertajati di Jawa Barat yang tak didukung kesiapan konektivitas ketika bandara sudah selesai dibangun dan beroperasi.

"Nanti kalau raker (rapat kerja) dengan menteri, kita kejar. Kita berusaha secepatnya lah untuk raker agar bandara di Kulon progo ini tidak seperti Kertajati. Bandara sudah jadi, pesawart sudah mendarat, tapi akses pulang pergi menuju dan dari bandara malah belum ada," kata Sigit.

Selain masalah konektivitas, Komisi V juga menilai upaya mitigasi bencana di Bandara YIA sudah terencana cukup baik.

Tempat evakuasi sudah disiapkan dan bisa dipergunakan secara optimal oleh masyarakat ketika bencana terjadi.

Pihaknya meminta agar hal itu juga didukung oleh pelatihan mitigasi dan penyelamatan diri kepada masyarakat untuk meminimalkan potensi risiko dan korban jiwa.

Direktur Utama PT AP I, Faik Fahmi mengatakan kontrak dengan PT Pembangunan Perumahan (PP)-KSO sebagai kontraktor pembangunan YIA akan selesai pada Juli 2020.

Namun begitu, sesuai komitmen, pekerjaan pembangunan akan selesai 100 persen di akhir Desember 2019.

Adapun bandara ini sudah dioperasikan sejak Mei 2019 untuk menangkap peluang arus mudik Lebaran sembari proses pembangunan terus berjalan hingga kini.

Saat ini ada 7 rute penerbangan domestik yang dilayani di Bandara YIA oleh maskapai Batik Air, Lion Air, Citilink, dan AirAsia.

"Progres pembangunan tinggal 30 persen dan mudah-mudahan bisa terkejar 100 persen di Desember. Maskapai penerbangan secara bertahap akan kita pindahkan (dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta) ke sini, diprioritaskan penerbangan domestik dari luar Jawa. Per hari nanti ada 66 flight," kata Faik.

Namun begitu, pihaknya juga akan memonitor masalah aksesibilitas dan konektivitas di Bandara YIA.

Pihaknya tak berharap terjadi fenomena leher botol (bottle neck) atas kondisi lalu lintas di jaluar angkutan darat seiring adanya pemindahan operasi penerbangan dari Adisutjipto ke YIA.

"Jangan sampai bandara sudah jadi dengan kapasitas besar tapi masih ada kendala aksesibilitas. Mudah-mudahan masalah aksesibilitas ini bisa jadi prioritas pemerintah untuk mengimbangi progres yang kami lakukan di YIA,"kata Faik.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved