4 Wisata Religi di Bantul yang Bisa Jadi Pilihan untuk Dikunjungi
Berikut empat wisata religi di Kabupaten Bantul yang bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Setiap makam Jumat dan Selasa Kliwon menurutnya makam Syeh Maulana Maghribi di Parangtritis ramai dikunjungi oleh peziarah dari pelbagai daerah.
Terlebih, ketika penanggalan Jawa memasuki bulan ruwah. Peziarah tidak pernah sepi.
Pengunjung biasanya datang rombongan. Dari Jawa timur, Surabaya, Semarang, Kendal, Tegal. Sampai Jawa Barat.
Makam syeh Belabelu terletak di bukit Banteng, Mancingan, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul. Tak begitu jauh dari makam syeh Maulana Maghribi.
Syeh Belabelu memiliki nama lain yang dikenal oleh masyarakat yakni Joko Dandung. Konon, beliau merupakan anak dari prabu Brawijaya V, penguasa Majapahit.
• DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta Gelar Pembekalan Bagi Caleg Terpilih
Namun, karena terjadi sesuatu hal, ia lebih memilih untuk mengasingkan diri di Parangtritis.
Makam beliau kini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Lokasinya sangat tenang. Jauh dari keramaian kota.
4. Pantai Parangkusumo

Selain Parangtritis yang dikenal dengan pesonanya yang sudah amat tersohor.
Bantul juga memiliki pantai Parangkusumo. Letaknya kedua pantai berdekatan. Jarak dari pusat kota Yogyakarta sekitar 30 kilometer. Bisa ditempuh berkendara kurang lebih satu jam perjalanan.
Selain panorama senja yang menawan. Ada banyak cerita yang mengatakan, pantai Parangkusumo merupakan gerbang gaib penguasa pantai selatan.
Ditandai dengan keberadaan batu gilang. Dua buah batu yang saling berhadapan.
• Kisah-kisah Viral Perjuangan Naik Haji, Mulai Penjaga Toilet, Penjual Koran Hingga Penjaja Es Doger
Konon, di lokasi batu tersebut merupakan saksi pertemuan antara Danang Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul, sosok gaib penguasa kerajaan laut Selatan.
Abdi Dalem Parangkusumo, Mas Jajar Surakso Trirejo mengatakan batu gilang yang terdapat di Cepuri Parangkusumo ramai didatangi oleh pengunjung dari segala agama. Mereka datang untuk berziarah.
"Mengapa mereka datang. Karena menganggap watu gilang ini merupakan papan mustajabah. Tempat yang mudah dikabulkan ketika memanjatkan permintaan kepada Tuhan," terang dia. (Tribunjogja I Ahmad Syarifudin)