Saat Pulau Jawa Bagaikan Lautan Susu yang Diaduk Para Dewa

Airlangga menyaksikan daratan Jawa dari puncak ketinggian di pengungsian jadi hamparan putih, seperti lautan susu yang diaduk para dewa

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
situsbudaya.id
Prasasti Pucangan 

Setelah gempa besar Lombok bulan lalu, kini mahapralaya terjadi di Donggala dan Palu. Para geolog Universitas Colorado dan Universitas Montana pada pertengahan November 2017, telah memperingatkan kemungkinan gempa-gempa besar di daerah khatulistiwa sepanjang 2018 ini.

Gempa besar itu menurut Roger Bilham (Colorado) dan Rebecca Bendick (Montana) dipengaruhi melambatnya rotasi bumi. Data tertulis gempa-gempa besar menunjukkan indikasi, ketika rotasi bumi melambat, diikuti peningkatan intensitas gempa besar. 

Pelambatan itu diukur menggunakan jam atom, terjadi periodik selama lima tahun sekali. Pelambatan rotasi itu disebabkan perubahan perilaku inti bumi. Indonesia sudah mengalami dua gempa dahsyat plus tsunami hanya dalam rentang dua bulan terakhir. 

Mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari kepada Tribunjogja.com 2018 lalu mengatakan bawha ia tak meremehkan tesis tentang kaitan pelambatan rotasi bumi dan gempa besar di khatulistiwa.

"Saya sedang melihatnya sebagai hal yang sama. Saya khawatir itu mempengaruhi kegempaan, khususnya di sekitar khatulistiwa," kata geolog perminyakan yang populer di jagat maya dengan panggilan Pakde ini.

Sebagai bagian "Pacific Ring of Fire", sebagian besar daratan dan kepulauan di Nusantara hanya menunggu giliran siapa akan diguncang gempa dan disapu tsunami. Potensi bencana yang secara alamiah terjadi sejak berjuta tahun lalu. (Tribunjogja.com/xna)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved