Pendidikan

Mahasiswa UAD Ciptakan Alat Pendingin Ikan Tanpa Zat Kimia

Lima mahasiswa UAD menciptakan alat POTERET yang telah direkayasa dengan memanfaatkan teknologi sederhana TEC (Thermo-Electric Cooler) untuk nelayan.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Mahasiswa UAD Ciptakan Alat Pendingin Ikan Tanpa Zat Kimia 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi kekayaan laut yang melimpah.

Hal ini menjadikan laut Indonesia sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat yang berada di pesisir.

Namun, masih banyak nelayan yang melaut secara tradisional.

Padahal proses pengawetan hasil tangkapan ikan dengan metode yang tepat tentu berdampak besar pada nelayan.

Ini 8 Alasan Memilih TVS Ntorq 125 untuk Berkendara

Sehingga para nelayan membutuhkan teknologi pendingin yang efektif dan efisien untuk menjaga kualitas tangkapan ikan laut hingga tempat pelelangan ikan.

Berangkat dari hal tersebut, lima mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menciptakan alat POTERET yang telah direkayasa dengan memanfaatkan teknologi sederhana TEC (Thermo-Electric Cooler) untuk nelayan.

Mereka adalah Kemal Thoriq Al Azis, Ahmad Nur Rofix, Mutiara Ayu Fauziah, Anis Sakina Kurniawati, Renangga Yudianto yang menciptakan POTERET yakni pendingin ikan tanpa zat kimia.

Renangga Yudianto menuturkan penciptaan alat tersebut berangkat dari keluhan para nelayan Pantai Depok lantaran kualitas ikan tangkapan yang menurun ketika tiba di tempat pelelangan ikan, sehingga berdampak pada turunnya harga ikan tangkapan nelayan.

Sebab bakteri pembusuk yang mudah berkembang biak membuat hasil tangkapan ikan mengalami penurunan harga.

UAD Buka Prodi Sarjana Pendidikan Vokasional Teknologi Otomotif Tahun Ajaran Baru 2019/2020

Lanjutnya, selama ini para nelayan menggunakan es batu untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah pembusukkan.

"Kalau pakai es batu hanya bertahan maksimal tiga jam, padahal nelayan melaut hingga 12 jam, jadi sampai tempat pelelangan ikan harganya turun karena ikan sudah nggak segar," ujarnya melalui siaran resmi yanng diterima Tribunjogja.com, pada Sabtu (6/7/2019).

Sementara biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk membeli es batu per harinya sekitar Rp 30 - 50 ribu.

Ia mengatakan, penggunaan alat POTERET secara berkala dapat menekan biaya es batu.

Sebab, alat ini sebagai solusi penghambat pertumbuhan bakteri pada ikan.

Ikan hasil tangkapan nelayan membutuhkan suhu udara rendah berkisar 20 hingga 18 derajat celsius untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga ikan tidak layu.

Pupuk Dilan 2019 Karya Mahasiswa Teknologi Industri UAD Juara di Malaysia

"Alat ini dapat bekerja sesuai target yang diinginkan yaitu tercapainya suhu 20 derajat celsius pada siang hari dan 18 derajat celsius pada malam hari sehingga dapat menjaga kualitas ikan tangkapan," kata dia.

Anis Sakina Kurniawati menjelaskan, komponen-komponen yang dibutuhkan untuk merakit POTERET yakni kipas pendingin dan elemen peltier, accu, termometer, lampu LED strip, radiator dan fiber

Nasib Rumah Gadang, Pusaka Adat yang Kini Tak Lagi Sebesar Namanya

Elemen  peltier sebagai penghasil udara dingin utama yang dibantu dengan kipas pendingin untuk menyebarkan udara dingin.

Accu sebagai daya energi untuk menghidupkan peltier.

"Termometer untuk mendeteksi suhu dalam tabung dan mengontrol kepanasan atau kurang dingin. Radiator untuk mendinginkan kipas pendingin dan fiber digunakan untuk bodi," terangnya.

Ia berharap, alat ini dapat meningkatkan ekonomi dan menunjang kehidupan masyarakat pesisir. (*)

Jajaran Pantai Berpasir Putih Ini Wajib Anda Kunjungi saat Liburan di Yogya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved