Yogyakarta

AP I Pastikan YIA Kuat Diterjang Tsunami Setinggi 12 Meter

Hal itu telah diperhitungkan sejak masa persiapan pembangunan sampai tahap konstruksi fisiknya.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
ap_airports
Landasan Pacu Yogyakarta International Airport (YIA) 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - PT Angkasa Pura I memastikan bahwa pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta alias Yogyakarta International Airport (YIA) sudah memperhitungkan risiko bencana.

Hal itu telah diperhitungkan sejak masa persiapan pembangunan sampai tahap konstruksi fisiknya.

Para pakar dan akademisi serta ahli bidang terkait dari Jepang dilibatkan sejak awal oleh AP I untuk membuat simulasi gempa dan tsunami di bandara baru tersebut.

Dalam realisasi pembangunannya, runway atau landasan pacu YIA dibuat dalam ketinggian bidang 4 meter di atas permukaan laut serta lokasinya berada pada jarak 400 meter dari bibir pantai.

Antisipasi Gempa Bumi, BMKG Pasang Alat Deteksi di Sekitar Kawasan Bandara YIA Kulon Progo

Sedangkan gedung terminal penumpang berada pada jarak lebih jauh dan konstruksinya diklaim telah dirancang untuk mampu bertahan ketika digoyang gempa berkekuatan hingga 8,8 Skala Richter serta tetap kokoh sekalipun diterjang gelombang tsunami setinggi 12 meter.

"Konsepnya (gedung terminal) dirancang tahan gempa maupun tsunami. Kami pastikan penumpang tetap aman melalui berbagai prosedur penyelamatan yang dibuat,"kata Project Manager Pembangunan YIA PT AP I, Taochid Purnama Hadi.

Lantai dua terminal tersebut (saat ini digunakan sebagai boarding lounge untuk operasi terbatas) punya ketinggian 6 meter dari lantai dasar dan dikonsep sebagai tempat evakuasi sementara (TES) untuk penumpang dan komunitas bandara.

Ketika tsunami setinggi 4 meter terjadi, para pengguna jasa penerbangan di lingkungan bandara langsung diarahkan untuk mengamankan diri di lantai dua.

Gedung terminal ini juga dilengkapi dengan konsruksi sacrifice column atau kolom yang dikorbankan ketika tsunami menerjang.

Letaknya ada di sisi terminal namun dalam konstruksi tersendiri.

Kolom ini membantu menggemboskan energi hempasan gelombang yang bersifat destruktif sebelum mencapai fisik terminal.

Konstruksi lainnya yang juga dihadirkan adalah lantai mezanine pada area utama keberangkatan penumpang di lantai teratas.

Selain sebagai penghubung antara area kedatangan penumpang dan pengambilan bagasi, lantai ini juga berkaitan dengan fungsi mitigasi bencana.

Ketinggian lantai tersebut mencapai 15,25 meter di atas permukaan laut sehingga diprediksi bisa menyelamatkan nyawa manusia ketika tsunami setinggi 12 meter menerjang YIA.

Seluruh penumpang di dalam terminal nantinya diarahkan untuk naik ke lantai tersebut bila terjadi tsunami.

"Mezanine nanti akan jadi tempat yang Insyaallah aman untuk antisipasi jika ada terjangan tsunami," tambah Taochid.

Baru Miliki 28 Unit, BPBD Bantul Sebut Jumlah Alat Peringatan Dini Tsunami Belum Ideal

AP I juga membangun fasilitas keselamatan berupa gedung crisis center yang berfungsi sebagai TES utama bagi orang dalam lingkup bandara maupun warga sekitar.

Konstruksinya berupa gedung yang ditopang pilar-pilar tinggi dan dilengkapi ram pada akses masuknya.

Luasan bangunannya sekitar 4.000 mter persegi dan sanggup menampung hingga 1000 orang.

Ketika terjadi gempa dan alarm waspada tsunami berbunyi, pintu-pintu di samping gedung akan terbuka sehingga masyarakat bisa langsung mengaksesnya tanpa harus lari terlalu jauh ke tempat evakuasi.

Dari sisi kawasan, YIA rencananya bakal dilindungi area sabuk hijau (green belt) pada pesisir pantai di selatan.

Area pantai tersebut akan ditanami pohon cemara udang sebagai pohon endemik di kawasan tersebut.

Selain sebagai penghalang pergerakan pasir pantai yang berpotensi mengganggu operasi penerbangan, sabuk hijau juga berfungsi untuk mereduksi daya rusak dari terjangan gelombang tinggi, termasuk tsunami.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada awal Mei 2019 lalu juga menyumbang 2.000 batang bibit pohon cemara udang dan pohon pule untuk ditanam sebagai green belt di pantai selatan Kulon Progo, khususnya pesisir pantai selatan YIA.

Kepala BNPB, Letjend Doni Monardo saat seremoni simbolis penanaman pohon tersebut mengatakan pembangunan green belt ini sangat penting karena di selatan Pulau Jawa terdapat sesar atau patahan yang cukup aktif.

Tsunami yang pernah terjadi ratusan atau ribuan tahun lalu sangat mungkin terjadi ke depan dalam waktu yang belum bis diprediksi.

Batik Air Buka Slot Penerbangan Baru di Bandara YIA Kulonprogo, Inilah Rute dan Jadwalnya

"Jadi, mitigasi terbaik adalah dengan menanam tanaman. Kita pilih jenis pohon tertentu yang cocok untuk pinggiran pantai seperti cemara udang dan pule yang bisa bertahan di atas 500 tahun. Dengan ini, area Bandara YIA terlindungi sehingga jika terjadi tsunami risiko munculnya korban akan semakin kecil dan kerusakan semakin sedikit," kata Doni saat itu.

Bibit pohon yang diberikan BNPB menurut Doni sudah dalam kondisi siap tanam.

Jika dirawat dengan baik, kesempatan untuk hidup mencapai 90 persen sehingga efektif.

Selain cemara udang dan pule, BNPB ke depannya juga akan membantu menyiapkan jenis pohon lain yang cocok seperti beringin, sukun, mahoni, ketapang, waru, dan lainnya.

"Kalau sekarang di YIA, bila ada tsunami ketinggian 7 meter pasti masuk ke dalam area bandara. Tapi, kalau pohon sudah besar, kita hitung dalam 5-10 tahun ke depan pohon ini bisa efektif (menahan tsunami)," kata Doni.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved