Ramadan
Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta, Mengadopsi Karakter Ponpes Lirboyo
Sejak berdiri tahun 2011, sudah ada empat angkatan yang telah lulus dari pondok setelah melalui beberapa tes dan ujian.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
Khusus di Bulan Ramadhan ini, para santri mendapat lebih banyak porsi mengaji secara bandongan.
Kegiatan dimulai sejak pukul 05.00-06.00 mengaji sorogan Alquran atau kajian tafsir Jalalain.
Lanjut pukul 07.00-09.00 mengaji bandongan khusus Ramadan yaitu Ihya Ulumuddin, Fadoilu Ba’di Suwar dan Tanbihul Ghofilin.
"Jadi porsi mengaji para santri di sini saat bulan ramadan seperti ini jauh lebih banyak dibanding hari biasa. Para santri sebisa mungkin harus mengikuti setiap sesi mengaji begitu keperluan mereka menjalani pendidikan formal di universitas setiap harinya sudah selesai," kata Muhlisin.
• Mengenal Pondok Pesantren Muallimin, Ponpes Muhammadiyah Pertama di Indonesia
Selain itu, diberikan porsi lebih untuk kajian Nahwu dan Sharaf.
Nahwu dikenal sebagai ilmu yang membahas tentang aturan atau harakat akhir dalam sebuah kalimat (rafa’, jer, nashab, jazm).
Sedangkan sharaf adalah ilmu yang membahas tentang perubahan bentuk kata atau kalimat bahasa Arab, beserta ikhwalnya.
Kini, santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien berjumlah sekitar 130 orang dengan mayoritas merupakan remaja dan tengah menjalani pendidikan perguruan tinggi.
Sejak berdiri tahun 2011, sudah ada empat angkatan yang telah lulus dari pondok setelah melalui beberapa tes dan ujian.
Yang menarik, para santri yang baru saja lulus dari pendidikan agama di pondok diwajibkan untuk kitmah (mengabdi) dengan cara mengajar di pondok minimal selama satu tahun.
Aturan ini sudah menjadi tradisi dan terus dilakukan oleh para santri yang baru saja lulus dari pondok pesantren. (TRIBUNJOGJA.COM)