Ramadan

Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta, Mengadopsi Karakter Ponpes Lirboyo

Sejak berdiri tahun 2011, sudah ada empat angkatan yang telah lulus dari pondok setelah melalui beberapa tes dan ujian.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
istimewa
Muhlisin, pengurus sekaligus tenaga pengajar di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Kotagede, Yogyakarta. Foto diambil pada Senin (27/5/2019) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Siapa tak kenal Pondok Pesantren Lirboyo yang terletak di barat Sungai Brantas di Lembah Gunung Wilis, Kota Kediri.

Sebagai salah satu pusat studi islam di tanah air, pondok ini memadukan antara tradisi yang mengisi kemodernitasan dan terbukti telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang saleh keagamaan dan saleh sosial.

Di Yogyakarta, ada salah satu pondok pesantren yang mengadopsi sistem kurikum Pondok Lirboyo ini.

Namanya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien yang berlokasi di Kotagede, Yogyakarta.

Letaknya masih berdekatan dengan sejumlah pondok pesantren lainnya seperti Ponpes Nurul Ummah dan Ponpes Nurul Ummahat Kotagede.

Yang jadi pembeda, Ponpes Hidayatul Mubtadi-ien khusus menerima santri laki-laki.

Ponpes Wali Barokah Binaan LDII di Kediri Kembangkan PLTS Senilai Rp 10 Miliar

Bangunan pondok bagian depan berupa pendapa kayu yang biasa dipakai para santri melakukan salat jamaah. Pondokan sekaligus kantor pondok pesantren berada di belakang pendapa.

Meski bangunan pondok ini terhitung baru, aroma kesederhanaan masih cukup terjaga di lingkungan sekitar khas pondok pesantren tradisional.

Berdiri pada tanggal 12 Maulid 1432 H bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2011, pondok ini dirintis dan didirikan oleh K.H. Munir Syafa’at dan Nyai Hj. Barokah Nawawi.

Berlandaskan akidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, santri di pondok ini dididik untuk mendalami, menghayati, mengkaji dan mempelajari agama.

Riwayat K.H. Munir Syafa’at yang juga pernah menjadi santri dan lurah di Ponpes Lirboyo ini kemudian menjadikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien kental dengan karakter Ponpes Lirboyo.

Yaitu, pondok yang mengimplementasikan pendidikan karakter dan menitiberatkan pada pengkajian kitab-kitab kuning.

Mengenal Pondok Pesantren An-Nur Sewon, Ponpes Tahfidz Alquran

"Pondok ini adalah pondok salafiyah. Tapi bukan salafiyah murni. Para santri tidak selalu berada di pondok karena aktifitas mereka kuliah. Salafiyah yang kita terapkan adalah materi pelajaran yang memakai kitab-kitab salaf," kata salah satu pengurus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Muhlisin.

Seperti pondok salafiyah kebanyakan, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien rutin melakukan kegiatan mujahadah dan kajian kitab-kitab salaf memakai sistem bandongan dan sorogan.

Kedua istilah ini sangat populer di kalangan pesantren, terutama yang masih menggunakan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran utama.

Khusus di Bulan Ramadhan ini, para santri mendapat lebih banyak porsi mengaji secara bandongan.

Kegiatan dimulai sejak pukul 05.00-06.00 mengaji sorogan Alquran atau kajian tafsir Jalalain.

Lanjut pukul 07.00-09.00 mengaji bandongan khusus Ramadan yaitu Ihya Ulumuddin, Fadoilu Ba’di Suwar dan Tanbihul Ghofilin.

"Jadi porsi mengaji para santri di sini saat bulan ramadan seperti ini jauh lebih banyak dibanding hari biasa. Para santri sebisa mungkin harus mengikuti setiap sesi mengaji begitu keperluan mereka menjalani pendidikan formal di universitas setiap harinya sudah selesai," kata Muhlisin.

Mengenal Pondok Pesantren Muallimin, Ponpes Muhammadiyah Pertama di Indonesia

Selain itu, diberikan porsi lebih untuk kajian Nahwu dan Sharaf.

Nahwu dikenal sebagai ilmu yang membahas tentang aturan atau harakat akhir dalam sebuah kalimat (rafa’, jer, nashab, jazm).

Sedangkan sharaf adalah ilmu yang membahas tentang perubahan bentuk kata atau kalimat bahasa Arab, beserta ikhwalnya.

Kini, santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien berjumlah sekitar 130 orang dengan mayoritas merupakan remaja dan tengah menjalani pendidikan perguruan tinggi.

Sejak berdiri tahun 2011, sudah ada empat angkatan yang telah lulus dari pondok setelah melalui beberapa tes dan ujian.

Yang menarik, para santri yang baru saja lulus dari pendidikan agama di pondok diwajibkan untuk kitmah (mengabdi) dengan cara mengajar di pondok minimal selama satu tahun.

Aturan ini sudah menjadi tradisi dan terus dilakukan oleh para santri yang baru saja lulus dari pondok pesantren. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved