Joki Tes Masuk FK UM Surabaya Ngaku Mahasiswa UGM dan ITB, Penyewa Jasa Bayar Rp125 Juta

empat joki yang tertangkap, mereka adalah RD (18) dan Inam (19) yang diduga mahasiswa Universitas Gajah Mada

Editor: Iwan Al Khasni
Sulvi soviana/surya
keempat joki yang diamankan panitia tes masuk FK UM Surabaya gelombang kedua. Pengguna jasa joki (lingkaran) Selasa (21/5/2019) 

Joki Tes Masuk FK UM Surabaya Ngaku Mahasiwa UGM dan ITB, Penyewa Jasa Bayar Rp125 juta

TRIBUNJOGJA.COM --- Dua orang joki tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya gelombang kedua mengaku sebagai mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Mereka diamankan panitia pelaksana saat tes berlangsung pada, Selasa (21/5/2019).

Dikutip Tribunjogja.com dari Surya, ada empat joki yang tertangkap, mereka adalah RD (18) dan Inam (19) yang diduga mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dan BA (22) diduga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan MM (17) yang merupakan alumnus salah satu SMA negeri di Kediri.

Kejadian langsung mendapatkan sorotan dari Rektor UM Surabaya, Sukadiono, mengungkapkan tahun ini tes FK menggunakan sistem Computer Based Test, sehingga penggunaan kertas sangat minim..

Tetapi selama proses pelaksanaan tes, keempat pria tersebut melakukan gerak gerik yang mencurigakan.

Tanggapan Rektor UGM Soal Dua Mahasiswanya yang Diduga Jadi Joki Tes Masuk FK UM Surabaya

"Mereka melakukan komunikasi via kertas yang disebar, satu joki membantu satu peserta. Akhirnya kami amankan dan memang mereka melakukan praktek perjokian," kata Sukadiono ditemui usai memeriksa keempat joki.

Suko, sapaan akrab Sukadiono, mengungkapkan dua mahasiswa UGM tersebut mengaku berasal dari program studi Teknik Elektro dan Ilmu gizi.

Sementara mahasiswa dari ITB berasal dari prodi Teknik Elektro. Dan satu lulusan SMA yang menjadi joki merupakan lulusan tahun ini.

"Kami sudah minta KTP mereka dan akan kami lakukan laporan ke kepolisian, kemudian berita acaranya akan kami kirim ke UGM dan ITB. Saya rasa perlu langkah antisipasi tes FK gelombang ketiga dan tahun berikutnya. Kami harus menambah kewaspadaan," lanjutnya.

Menanggapi ditemukannya mahasiswa UGM yang melakukan praktek perjokian juga mendapat tanggapan dari Prof Lincolin Arsyad, dari Pendidikan Tinggi Litbang PP Muhhamadiyah yang sekaligus guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis UGM yang sedang mengisi kegiatan di UM Surabaya.

"Saya sebagai akademisi dan sebagai guru besar UGM sangat kecewa dan malu atas peristiwa ini. Karena dua dari empat joki ini dari UGM, sangat memalukan almamater saya," tandas Arsyad.

Iapun berharap pihak berwajib dapat menyelesaikan dengan cara yang bijaksana.

Tindakan tegas diambil Universitas Muhammadiyah Surabaya usai menemukan kecurangan dalam tes masuk Fakultas Kedokteran gelombang kedua, Selasa (21/5/2019).

Ditemukannya joki dalam tes tersebut kemudian dilaporkan pihak kampus ke pihak kepolisian.

Dijerat Pasal Pemalsuan

Kanitreskrim Polsek Mulyosari, Ipda Mulyono, mengungkapkan setelah pemeriksaan, satu joki yaitu BA (22) akan dijerat dengan pasal pemalsuan identitas.

"Sementara identitas dan ijazah palsu. BA menggunakan nama lain atas nama Riantama Rasunda," ujarnya.

Ia mengungkapkan, para joki ini sudah briefing di suatu tempat.

Pihak kepolisian akan mendalami jaringan ini, karena berdasarkan keterangan yang diperoleh, terdapat lima broker dalam satu jaringan, yang sudah tertangkap baru satu broker.

"Kami akan pelajari UU tentang perjokian untuk empat pelaku. Karena kasus joki yang kami tahu baru ini, pelaku menggantikan identitas peserta. Tapi ini pelaku juga menjadi peserta dalam satu ruangan ujian,"urainya.

Untuk sementara status kelima pria yang terdiri dari penyewa dan empat joki ini masih saksi.

Bayar Rp123 Juta

Alasan ekonomi menjadi pembelaan salah satu joki tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya gelombang dua, BA (22).

Pria yang mengaku mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku aksinya menjadi joki merupakan kali keduanya.

Yang pertama ia lakukan saat mendapat permintaan untuk menjadi Joki tes masuk kedokteran di salah satu universitas swasta di Surabaya dan kedua di UM Surabaya di jurusan yang sama.

"Jadi ketika koordinator (induk) mendapat client otomatis mereka butuh kami. Peran kami sebagai eksekutor dalam mengerjakan soal-soalnya," ungkap laki-laki yang mengaku berasal dari satu jaringan joki yang berpusat di Surabaya dengan ketiga pelaku lainnya.

Dalam sekali aksinya, BA dan rekan-rekannya mendapat uang Rp 5 sampai Rp 10 juta.

Untuk sekali tes, strategi yang digunakan pun beda-beda dan satu orang joki hanya menangani satu orang peserta ujian.

"Jujur kami nyesel ngelakuin ini. Kami sudah tau ini konsekuensinya. Apa yang seharusnya gak dilakukan malah dilakukan. Tapi kami juga butuh biaya untuk uang kuliah kami. Meskipun itu tidak dibenarkan," tutur dia.

Dikatakan BA jika pihaknya merasa sangat menyesal dengan perbuatan mereka.

Meskipun sesekali BA tampak tersenyum menanggapi pertanyaan panitia, berbeda dengan ketiga pelaku lain yang terlihat syok.

"Kami minta maaf, karena ulah kami, mahasiswa yang mungkin diterima seharusnya sesuai dengan kualifikasi dari sisi akademik, jadi tidak seperti yang diinginkan universitas ini. Saya juga meminta maaf pada almamater saya," pungkas mahasiswa yang mengaku menempuh studi di teknik elektro semester 6 ITB ini.

Sementara itu, EN (18) peserta ujian yang menggunakan jasa joki mengaku dirinya cukup tidak percaya diri untuk masuk di Fakultas Kedokteran UM Surabaya.

Untuk bisa menggunakan jasa joki tersebut, EN harus mengeluarkan uang sebesar Rp 125 juta.

"Saya tahu ini karena ditawarin mulanya sama calo. Saya konsultasikan sama orang tua, orang tua meng iyakan. Baru pertama ini juga saya nyoba pakai joki," tutur peserta ujian asal Tulungagung ini. (*)

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved