Kota Yogyakarta

Wolbachia Beri Dampak Signifikan Penurunan Demam Berdarah di Yogya

Ia mengatakan bahwa tidak semua kejadian demam berdarah perlu dilakukan fogging selama tidak menular ke warga yang lain.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Pemangku Kepentingan Nasional yang diadakan World Mosquito Program (WMP), di Hotel Grand Aston Yogyakarta, Selasa (14/5/2019). 

Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan bahwa keberadaan nyamuk Wolbachia berdampak signifikan terhadap penurunan kasus demam berdarah yang ada di Kota Yogyakarta.

Hal tersebut disampaikan Heroe dalam Pertemuan Pemangku Kepentingan Nasional yang diadakan World Mosquito Program (WMP), di Hotel Grand Aston Yogyakarta, Selasa (14/5/2019).

Heroe mengatakan, penelitian WMP terkait penyebaran nyamuk wolbachia di Kota Yogyakarta belumlah usai.

Dari upaya yang sudah dilakukan, hasilnya mulai terlihat. Ia menjelaskan pada 2016 sebelum nyamuk Wolbachia disebar, beberapa daerah masuk kategori tinggi untuk kasus demam berdarah, sebut saja Kricak, Tegalrejo, Rejowinangun.

Sharp Indonesia luncurkan ‘Waspada DBD’ Guna Edukasi Masyarakat Bahaya Demam Berdarah

"Sebelum ditanam, ada 3 kelurahan yang masuk lima besar kasus Demam Berdarah tinggi dan 2 kelurahan sebagai daerah kontrol. Tapi kita lihat tahun ke tahun, kelurahannya yang jadi sebaran Wolbachia memang semakin hilang kasus Demam Berdarahnya," ujarnya.

Heroe menambahkan, dalam rangka mengatasi Demam Berdarah, Pemkot Yogyakarta melakukan dua cara yakni pemberantasan sarang nyamuk dan fogging.

Pemberantasan sarang nyamuk, ungkapnya, dilihat dari kegiatannya sejak 2016 terdapat 45-50 kegiatan per kecamatan dan berlaku sampai sekarang.

"Selanjutnya kita ada program setiap minggu legi kerjabakti serentak, artinya 35 hari sekali. Kemudian jumat pagi program sambang kampung dilakukan oleh Camat, Kapolsek, Danrem, Puskesmas yang salah satu kegiatannya memeriksa pemberantasan sarang nyamuk," bebernya.

Kasus Demam Berdarah di Kota Yogyakarta Tercatat Meningkat, Dinkes Imbau Warga Terapkan PSN

Kemudian kegiatan fogging, imbuh Heroe, dilakukan ketika ada kasus demam berdarah yang menjangkiti warga dan menulari warga yang lain.

Ia mengatakan bahwa tidak semua kejadian demam berdarah perlu dilakukan fogging selama tidak menular ke warga yang lain.

"Kalau dilihat intensitas fogging menurun. 2016 ada 30-45 kali fogging, baik di wilayah Yogya utara dan selatan. Lalu pada 2018 di utara yang berdekatan dengan daerah penelitian Wolbachia hampir tidak ada fogging, sementara di selatan menurun," ucapnya.

Kemudian, ia mengatakan bahwa ketika mendapatkan laporan ada wilayah di Kota Yogyakarta yang terkena Demam Berdarah, maka 20 rumah di sekitar penderita akan dilakukan sampling angka bebas jentiknya.

Sementara itu, Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP yang dulunya bernama Eliminate Dengue Project atau EDP), Prof Adi Utarini menjelaskan bahwa selama melakukan penelitian di Kota Yogyakarta pada 2016, terdapat 1 warga yang mengajukan penolakan untuk ketempatan ember telur nyamuk.

Solusinya, ember tersebut dialihkan ke tempat yang lain.

Cek Tingkat Keberhasilan Teknologi Wolbachia, WMP Lakukan Studi AWED

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved