Sleman

Sudah Jalani Pembinaan, Anjal dan Gepeng Tetap Kembali "Mencari Penghasilan" di Sleman

Sudah Jalani Pembinaan, Anjal dan Gepeng Tetap Kembali "Mencari Penghasilan" di Sleman

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Alexander Ermando
Salah satu bagian Lapangan Denggung, salah satu lokasi favorit anjal dan gepeng di wilayah Sleman. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kepala Dinas Sosial Sleman yang baru, Eko Suhargono mengaku sulit untuk membasmi anak jalanan (anjal), gelandangan, dan pengemis (gepeng).

Bahkan ia menyebut Kabupaten Sleman harus ikut mengeluarkan biaya untuk proses penjaringan anjal dan gepeng.

"Sebab saat pembinaan, mereka kan kami berikan makanan," jelas Eko di ruangannya, Kamis (09/05/2019).

Menurut Eko, potensi munculnya anjal dan gepeng terjadi saat ada gelaran besar di Sleman, mulai dari konser musik hingga pertandingan sepak bola. Sebab saat itu banyak warga yang berasal dari luar Sleman dan DIY.

Ia mencontohkan, ada kelompok-kelompok tertentu yang usai acara justru tetap bertahan dan tidak kembali ke daerah asal. Mereka kemudian meminta makanan atau sekadar uang dari warga sekitar.

Dinsos Sleman Siapkan Perda Larangan Beri Uang ke Anjal dan Gepeng

"Jika hingga 3 hari mereka tidak kembali, maka mereka terpaksa kami jaring," kata Eko.

Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Sleman Junadi bahkan mengatakan ada sejumlah anjal dan gepeng yang kembali lagi. Padahal mereka telah mendapat pembinaan di Dinsos DIY.

Hal tersebut diketahui saat operasi razia yang digelar bersama Satpol PP. Ada yang pernah tertangkap dua bahkan 3 kali saat razia. Aksi kejar-kejaran pun terkadang tak terhindarkan.

"Kami tetap dekati secara persuasif, meminta mereka tunjukan kartu identitas," jelas Junadi.

Mereka yang terjaring kemudian dibawa ke Dinsos DIY. Proses pembinaan sendiri bisa berlangsung dari 2 minggu hingga 6 bulan, tergantung dari berapa kali para anjal dan gepeng melakukan aktivitas serupa.

Sepanjang Ramadan, Dinsos Sleman Giatkan Razia Anjal dan Gepeng

Tidak hanya dibina agar tidak kembali mengemis, oleh Dinas Sosial mereka juga diberikan makanan dan akomodasi selama masa tersebut.

Meskipun demikian, menurut Junadi mereka acap protes lantaran makanan yang diterima tidak sesuai harapan.

"Misalnya kami sudah memberikan makanan dengan lauk lele dan perkedel. Mereka mintanya daging rendang," katanya sambil tertawa.

Saat ini, Eko mengatakan Pemkab Sleman sedang menggodok Perda terkait larangan memberi uang ke anjal dan gepeng. Perda ini diharapkan bisa menekan jumlah dua kelompok tersebut di Sleman.

Sebab, jika warga dilarang memberi, otomatis jumlah peminta-minta juga akan berkurang.

"Jika nanti ingin memberi sumbangan, alihkan ke lembaga-lembaga yang resmi," kata Eko. (Tribunjogja I Alexander Ermando)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved