Gunungkidul

Seniman Asal Gunungkidul Ini Manfaatkan Limbah Kayu Palet Jadi Media Lukis

Kayu palet memiliki serat yang unik dan bisa menjadi instrumen lukis sebagai latar belakang.

Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Wahyu Setiawan
Chandra Codot seniman lukis yang memanfaatkan limbah kayu palet menunjukkan hasil karyanya kepada pengunjung tempo hari. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Jika kebanyakan seniman memilih melukis melalui media kanvas maupun kertas.

Berbeda dengan Chandra 'Codot'.

Pria asal Playen, Wonosari, Gunungkidul ini memilih media limbah kayu palet sebagai medianya.

Kisah Chandra memilih media ini bukan kebetulan.

Enam Jajanan Kekinian di Jogja yang Wajib Dicoba

Mulanya pada 2016 silam, Chandra mulai bosan dengan rutinitasnya sebagai desainer grafis.

Pekerjaan melukis dengan media digital tersebut membuat kemampuan tangannya menggunakan pensil manual merasa tak tersalurkan.

Ingin mencurahkan hasrat melukisnya secara manual, pria kepala tiga ini lantas mencari-cari media yang bisa dibilang tak ada lainnya.

"Waktu itu sebenarnya sudah mau ngelukis di media kanvas tapi karena langganan (kanvas) saya kebetulan pindah rumah dan saya tidak tahu rumahnya dimana akhirnya berfikir, media apa yang cocok saya manfaatkan buat ngelukis," jelas Codot kepada Tribunjogja.com tempo hari.

Saat bingung tersebut akhirnya, pria tersebut terbersit memilih kayu palet bekas sebagai medianya.

Alasannya, kayu palet memiliki serat yang unik dan bisa menjadi instrumen lukis sebagai latar belakang.

Seniman Lukis, Chandra Codot Hanya Ingin Diapresiasi

Serat itulah yang dimanfaatkan Codot untuk mempercantik lukisan.

Sehingga tak hanya gambar tangan asli, namun dipadukan dengan serat asli dari palet tersebut.

"Jadi lebih alami, seratnya kita manfaatkan sebagai latar dari lukisan itu," sebut pria yang kini memiliki satu anak ini.

Codot mulai melukis dengan pensil dengan media kayu palet waktu itu.

Lantas ia mencoba melukis beberapa tokoh, mulai dari artis, tokoh politik hingga sosok keluarga yang ia sayangi.

Proses melukis, kata Codot, cukup cepat bisa satu hingga tiga hari saja untuk satu gambar.

Biasanya untuk memastikan hasil karyanya bertahan lama, usai melukis dengan pensil di media palet, Codot kemudian melakukan finishing dengan cat clear sehingga menutupi bagian pensil dan palet tersebut.

"Asal disimpan indoor, bisa sampai tahunan," katanya.

Selain itu, alasan lain Codot memilih palet sebagai media lantaran kayu ini sangat awet asal disimpan di dalam ruangan.

Selain itu kayu ini juga anti rayap dan anti keropos.

Tak disangka keisengannya melukis diatas media palet banyak diminati oleh orang lain.

Banyak yang tertarik dengan jasanya.

"Waktu awal saya ngelukis hanya mencurahkan hasrat saja belum kepikiran untuk membuka jasa lukis ini tapi setelah saya upload di media sosial ternyata banyak yang tertarik," sebut Chandra Codot.

Jumlah Partisipasi Masyarakat pada PSU di Gunungkidul Menurun

Tak berhenti disitu, Istri Chandra pun turut mendukung, satu di antaranya dengan mendaftarkan karyanya dalam ajang kesenian di Yogyakarta yakni Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) tahun 2016 silam.

Dari situlah karyanya juga turut mulai dikenal dan diketahui publik.

Banyak pesanan masuk, mulai dari teman kerabat hingga luar kota bahkan luar negeri.

"Sempat ada dari arab saudi buat kado pernikahan atau tunangan waktu itu, saya kirim ke sana," beber Chandra.

Kini setiap bulan, sedikitnya 5-10 pesanan ia garap.

Baik yang pesan melalui media sosial, WhatsApp bahkan pesanan secara langsung.

Untuk mendapatkan jasa lukisnya, Chandra hanya membanderol mulai Rp 300-400 ribu untuk setiap gambar dan media, tergantung besaran kayu palet dan gambar yang ia lukis. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved