Yogyakarta
Filosofi Gunungan Apem, Kolak dan Ketan Pada Kirab Nyadran Kampung Semaki Yogyakarta
Gunungan apem diperebutkan oleh warga Semaki Kulon, Umbulharjo, Kota Yogyakarta dalam gelaran kirab Nyadran untuk melestarikan tradisi ruwahan
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Iwan Al Khasni
Ditemui Tribunjogja,com setelah acara selesai menyampaikan, "Semaki Kulon dan Sanggarahan tahun ini sama-sama melaksanakan Nyadran satu kampung. Ini adalah bukti
kepedulian untuk hidup rukun sesuai dengan nilai Nyadran itu sendiri."
"Yang penting adalah Nyadran atau Sadran ini mengingatkan pada leluhur dan mendoakan (mereka yang telah tiada), karena kelak kita juga akan menghadap Ilahi," jelasnya.
Dalam sambutannya di acara tersebut, Didik sempat menyampaikan jika makanan untuk kirab Nyadran ini, yaitu apem, kolak, dan ketan, bukan sembarang dipilih, namun
memiliki nilai filosofis.
"Kolak, untuk mengingatkan dan menjaga lisan saat bermasyarakat yang tak jarang menyakiti. Ketan adalah simbol mempererat hubungan antar warga, dan apem merupakan
pengingat untuk saling memaafkan," jelasnya.
Agar tradisi ini tetap terjaga, Didik ingin kedepannya ada regenerasi kepengurusan, di mana anak muda juga turut berkontribusi untuk kampung.
"Kami tidak ingin tradisi ini terputus, jadi harapan kami pemuda tahu makna Sadran itu apa. Sehingga pemuda dan pemudi kita ini punya semangat untuk melestarikan
budaya kita yang adiluhung (bernilai tinggi)," tuturnya.
Kirab Nyadran yang dimulai sejak pukul 13.30 WIB kemudian berakhir pada sekitar pukul 14.30 WIB. ( Tribunjogja.com | Fatimah Artayu Fitrazana)