Batik Ganja, Motif Batik Kontemporer dari Cepu-Blora yang Unik
Semburat merah muncul tiap kali kuas itu menyapu kain putih. Mata saya terbelalak ketika melihat motif keseluruhan. ternyata itu motif ganja
Tidak hanya mengajar siswa-siswi, ternyata kelompok batik yang berada di klaster Blora banyak yang “berguru” kepada Nunu dan kelompok Batik Pratiwi Krajan.
“Di sini kami saling sharing ilmu dan bantu dengan yang di desa lain, seperti Sumber, Wado, dan Nglebur,” tambahnya.
Pencemaran Limbah
Tidak hanya peduli dengan keberlangsungan produksi batiknya, Nunu juga memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitar.
Beberapa tahun belakangan ini Nunu sudah menggunakan pewarnaan alam yang lebih ramah lingkungan. Ia menggunakan bahan-bahan dari sekitar, seperti secang, mahoni, dan jati.
Batik Pratiwi Krajan juga sudah menerapkan instalasi pengelolaan limbah. Meskipun masih sederhana, tetapi terbukti upayanya ini telah berhasil menurunkan tingkat pencemaran limbah batik berdasarkan hasil uji air limbah di Balai Laboratorium kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Semarang.
Dengan 18 orang pembatik, kemampuan produksi Batik Pratiwi Krajan sekarang mencapai rata-rata 48 kain per minggunya.
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen, Nunu sudah berencana untuk menambah orang dan membangun rumah produksi yang lebih besar masih di lokasi yang sama.
Ia pun ingin melebarkan sayap usahanya dalam bidang fashion dengan menghasilkan produk jadi berupa pakaian.
Harga yang ditawarkan untuk selembar kain batik karya Nunu dan kelompok batiknya beragam dan cukup terjangkau, mulai dari Rp150.000 hingga Rp700.000 tergantung dari jenis kain dan tingkat kesulitan motif dan pewarnaan.
Tak hanya sekadar membuat batik, tentunya Batik Pratiwi Krajan ini juga menyajikan produk dengan kualitas tinggi, baik produksi batik tulis maupun batik cap atau stamping. (NGI/Ellen Saputri Kusuma)