Batik Ganja, Motif Batik Kontemporer dari Cepu-Blora yang Unik
Semburat merah muncul tiap kali kuas itu menyapu kain putih. Mata saya terbelalak ketika melihat motif keseluruhan. ternyata itu motif ganja
Nunu sendiri jatuh cinta pada batik saat ia belajar menyanting untuk pertama kalinya pada 2012 silam. Kala itu ia bersama para ibu di desanya diundang mengikuti pelatihan membatik yang diadakan di Kelurahan Ngelo.
“Menyanting itu mirip dengan mengarsir gambar. Kegiatan ini membuat saya fokus sampai lupa dengan waktu.” Nunu sudah membayangkan membatik sebagai kegiatan yang akan ia lakukan untuk mengisi masa pensiunnya. Inilah yang membuat dia semangat mengembangkan kerja kelompok batiknya.

Tahun pertama kelompok batik yang terletak di RT5/RW1 tidak semulus seperti yang tampak saat ini. Tim awal berlima sempat menyusut menjadi tiga orang lantaran tidak ada pemasukan sama sekali.
Sekarang sudah ada 18 orang dengan honor per bulan sekitar Rp500.000 – Rp1.000.000 untuk 36 jam per 6 hari kerja.
Pada awalnya kelompok batik ini hanya untuk ibu-ibu dari Kelurahan Ngelo saja. Namun kini sudah menaungi dua pembatik asal kelurahan sebelah, Karangboyo.
Dengan pasar mencakup seluruh Indonesia, omzet Batik Pratiwi Krajan saat ini mencapai sekitar 20 juta per bulan.
Pemasaran batiknya dilakukan secara langsung di lokasi maupun via media sosial, seperti WhatsApp, akun Instagram dan akun personal Facebook.
Meski demikian Nunu mengaku belum optimal dalam memasarkan batiknya secara digital melalui media sosial ataupun market place.
Bantuan CSR Pertamina
Perkembangan pesat usaha Batik Pratiwi Krajan ini tidak lepas dari program CSR oleh PT Pertamina EP (PEP) Asset 4 Field, Cepu.
Sejak 2014 PEP sudah melihat potensi Batik Pratiwi Krajan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar. Sebagai apresiasi, PEP memberikan bantuan dari hulu ke hilir, mulai dari teknik membatik, penyediaan alat membatik, sampai pelatihan pemasarannya.
Afwan Daroni, Cepu Field Manager berharap usaha batik ini dapat terus berlanjut dan berkembang, sehingga kesejahteraan dan perekonomian masyarakat dapat meningkat.
“Saya mengapresiasi keberhasilan kelompok Batik Pratiwi Krajan dalam memajukan batik khas Cepu, sekaligus Blora ini. Perusahaan akan mendukung terus agar batiknya dapat bersaing lebih luas dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat,” ujarnya.

Selain aktif dan peduli terhadap lingkungan, sosok Nunu pun lekat dengan siswa-siswi SD Negeri 3 Karangboyo. Mengajar batik menjadi rutinitas setiap Sabtu bagi Nunu.
“Saya senang mengajar adik-adik, karena batik merupakan warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain mengajar di sekolah, Batik Pratiwi Krajan juga terbuka untuk kunjungan, seperti Maret lalu TK Tunas Rimba 1 datang ke rumah produksi,” terangnya.