Pasukan Tripoli Siap Hadapi Ofensif Jenderal Khalifa Haftar

Pasukan pertahanan Libya yang didukung PBB mengumumkan serangan balasan untuk mempertahankan ibukota Tripoli

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Al Jazeera
Pasukan Jenderal Khalifa Haftar 

Pasukan Tripoli Siap Hadapi Ofensif Jenderal Khalifa Haftar

TRIBUNJOGJA.com, TRIPOLI - Pasukan pertahanan Libya yang didukung PBB mengumumkan serangan balasan untuk mempertahankan ibukota Tripoli.

Dikutip Aljazeera.com, Senin (8/4/2019) pagi WIB, mereka juga bersumpah merebut kembali semua wilayah yang direbut pasukan bersenjata yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar.

Pasukan Haftar selama ini berbasis di Benghazi, sejak Moammaf Khadaffi dijatuhkan dan Libya terpecah dalam konflik internal tak berkesudahan sejak 2011.

Jenderal Khalifa Haftar
Jenderal Khalifa Haftar (Al Jazeera)

Tidak ada pemerintahan tunggal di negeri kaya minyak itu. Wilayah-wilayah di Libya dikuasai kelompok-kelompok bersenjata, termasuk kelompok ultra radikal ISIS.

Dalam pernyataannya, juru bicara Governement National Aggrement (GNA) yang diakui PBB, Kolonel Mohamed Gnounou, mengatakan, mereka menggelar operasi "Gunung Api Kemarahan".

Pasukan GNA akan "membersihkan semua kota Libya dari pasukan agresor yang tidak sah. Kalimat itu ditujukan ke kelompok Libyan National Army (LNA) yang dipimpin Jenderal Haftar. 

Haftar tercatat pernah menjadi panglima pasukan di masa Khadaffi. Ia memimpin perang ketika Libya bertempur melawan pasukan Chad.

Kekalahan Libya menyebabkan Haftar tertangkap dan ia dikirim ke AS. Di negeri Paman Sam itu, rupanya Haftar digarap CIA, dan disiapkan membantu penggulingan Khadaffi.

Pasukan LNA menyiapkan serangan ke Tripoli setelah menuduh GNA menggelar serangan udara ke kubu mereka, sekitar 50 km selatan Tripoliakhir pekan lalu, Serangan inni menewaskan satu orang.

Kementerian Kesehatan Libya yang didukung AS menginformasikan bentrokan bersenjata di bagian selatan Tripoli mengakibatkan 11 orang tewas dan 23 lainnya luka-luka.

Ahmed al-Mesmari, juru bicara pasukan Haftar, mengatakan pada hari Sabtu 14 tentaranya tewas.

Misi PBB di Libya (UNSMIL) mendesak dilakukan gencatan senjata dua jam di pinggiran selatan, guna mengevakuasi korban yang terluka dan warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran.

UNSMIL meminta semua pihak bersenjata di daerah Wadi Rabi, Al-Kayekh, Gasr Ben Ghachir dan Al-Aziziya menghormati gencatan senjata kemanusiaan untuk mengamankan evakuasi korban luka dan warga sipil oleh tim penyelamat dan Bulan Sabit Merah Libya.

Khawatir pertempuran besar-besaran akan segera pecah, penduduk kota Tripoli mulai menimbun makanan dan bahan bakar.

Minggu kemarin, militer AS mengirimkan kapal amfibi ke Tripoli, menarik diplomat dan unsur-unsur militer mereka keluar dari Libya di tengah meningkatnya pertempuran di negara Afrika Utara.

"Karena meningkatnya kerusuhan di Libya, sebuah kontingen pasukan AS yang mendukung Komando Afrika AS sementara dipindahkan dari negara itu dalam menanggapi kondisi keamanan di lapangan." Demikian pernyataan tertulis Pentagon.

Tidak dirinci berapa banyak personil militer telah ditarik dari Libya. Komando Afrika AS dikendalikan dari markas mereka di Stuttgart, Jerman.

Misi AS di Libya melibatkan unsur diplomatik, terlibat kegiatan kontraterorisme, meningkatkan kemitraan dan meningkatkan keamanan di seluruh wilayah.

"Realitas keamanan di lapangan di Libya tumbuh semakin kompleks dan tidak dapat diprediksi," kata Jenderal Korps Marinir AS Thomas Waldhauser, komandan Komando Afrika AS.

"Bahkan dengan penyesuaian pasukan, kami akan terus gesit dalam mendukung strategi AS yang ada."

Sabtu (6/4/2019), Kepala GNA Fayez al-Sarraj menuduh Haftar "mengkhianati" dia setelah ofensif militernya ke Tripoli.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Fayez al-Sarraj mengatakan pasukan Haftar akan menghadapi perlawanan tegas dari pasukan yang setia pada GNA.

"Kami telah mengulurkan tangan ke arah perdamaian tetapi setelah agresi yang terjadi pada pihak pasukan milik Haftar dan deklarasi perangnya melawan kota-kota dan ibukota kami ... ia tidak akan menemukan apa pun selain kekuatan dan ketegasan," kata Sarraj.

Dia juga memperingatkan "perang tanpa pemenang". Al-Sarraj dan Haftar mengadakan pembicaraan di Abu Dhabi pada akhir Februari, pertemuan pertama mereka yang dikonfirmasi sejak November 2018, di mana mereka sepakat pemilihan nasional diperlukan.

"Mereka juga menyepakati cara-cara untuk menjaga stabilitas di negara itu dan menyatukan lembaga-lembaganya," kata misi PBB Libya dalam posting Twitter setelah pertemuan Abu Dhabi.

Jason Pack, pendiri organisasi konsultasi Libya Analysis, berpendapat tujuan ofensif Haftar bukan untuk menguasai Tripoli, tetapi aksi simbolik menunjukkan kekuatan mereka sebelum konferensi nasional yang disponsori PBB bulan ini. 

"Haftar sedang memamerkan diri di depan konferensi nasional. Dia memamerkan pasukannya, dia membuat beberapa serangan udara di sini, mencoba mengendalikan beberapa titik strategis tetapi tidak mencoba menaklukkan kota dengan kekuatan karena dia ingin kami percaya," kata Pack.(Tribunjogja.com/ Aljazeera.com/xna)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved