Yogyakarta
Permasalahan Sampah Kian Mendesak, ORI DIY Lakukan Pantauan
Permasalahan sampah di Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul beberapa hari ini kian memperihatinkan akibat ditutupnya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (T
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Ari Nugroho
Dia mengatakan jika diharapkan bisa selesai hari ini dan TPST Piyungan besok bisa mulai beroperasi kembali.
Sedangkan untuk pengerjaan jalan saat ini sudah dalam tahap pelelangan, dan rencananya akan ada pengerjaan pada April mendatang.
"Dermaga yang pertama sekarang masih ada perkerjaan, harapannya siang ini bisa selesai. Akan beroperasi besok, insyaallah bisa, saya yakin. Untuk siapa yang diprioritaskan untuk bisa mengangkut sampah ke. TPST Piyungan, saya akan koordinasi dengan teman Dinas Lingkungan Hidup kabupaten/kota. Prioritas pokoknya memfasilitasi sampah yang sifatnya kepentingan umum yang akan didahulukan," ungkapnya.
Baca: Perbaikan Jalan Segera Rampung, TPST Piyungan Akan Terima Sampah Secara Bertahap
Sutarto mengatakan jika sampah yang ada di Yogyakarta, Sleman dan Bantul (Kartamantul) yang dibuang ke Piyungan perhari selama 3 bulan terakhir sekitar 580 ton.
Jumlah tersebut memang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan produksi sampai yang dihasilkan sebanyak 1600 ton perhari.
Untuk SDM dari DLHK DIY sendiri yang ASN hanya 13 orang, kemudian ditambah 34 orang dari outsourcing. Sedangkan untuk alat berat yang dimiliki sendiri 1 rusak, 3 jalan dan akan dilakukan penambahan 1 lagi.
"Kalau sampah perhari selama 3 bulan terakhir 580 ton, tidak banyak jika dibandingkan dengan Jakarta Bandung. Padahal kalau produksi sampah di Kartamantul kira-kira 1600 ton perhari, itu dari survei, mulai dari pedesaan. Tapi kan ada yang dikelola sendiri," terangnya.
Dia menerangkan ke depan, pada 2020 mendatang pihaknya juga berencana akan membuat teknologi pengolahan sampah yang dijadikan bahan bakar subtitusi pabrik semen seperti yang ada di Cilacap.
Selain itu, dia juga berharap agar nantinya kendaraan angkut swasta maupun truk manual yang masuk TPST Piyungan ada pengurangan, agar antrian tidak terlalu panjang.
"Bagaimana kendaraan angkut yang swasta itu dikurangi, karena juga menjadikan antrian cukup panjang. Kalau semestinya truk itu sampai lokasi hanya 5 menit dan gantian. yang manual paling tidak 25 menit dan yang menurunkan malah alat kami. Kami kehilangan waktu untuk menurunkan, mestinya tanggungjawab pengangkut. Tahun berikutnya kita mungkin lebih condong seperti yang di Cilacap, untuk bahan bakar subtitusi pabrik semen," katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)