Sleman

Sampah di Sleman Menumpuk Imbas Penutupan TPST Piyungan

Tumpukan sampah diperparah dengan masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan depan depo.

Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Santo Ari
Kondisi Depo Nogotirto yang mengalami penumpukan sampah, Selasa (26/3/2019). 

TRIBUNJOGJA.COM - Imbas ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan juga terasa sampai Sleman.

Selama ini Sleman tak memiliki TPST sendiri, akhirnya sampah-sampah yang dihasilkan juga berakhir di Piyungan.

Dan karena TPST Piyungan ditutup, sampah pun menumpuk di depo-depo.

Daryadi, keamanan Depo Nogotirto mengatakan, sudah seminggu ini sampah menumpuk.

Dan sudah tiga hari ini, truk bermuatan sampah hanya bisa parkir di depo.

Biasanya, dua truk beroperasi mengangkut sampah tiap Hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu.

"Tapi ini truk enggak jalan, karena Piyungan ditutup warga," ujarnya saat ditemui Tribunjogja.com, Selasa (26/3/2019).

Tumpukan sampah diperparah dengan masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan depan depo.

Padahal pinggir jalan, tepatnya di Jalan Kabupaten itu bukanlah tempat untuk membuang sampah.

"Yang di depan pinggir jalan itu liar, warga main lempar saja. Nggak punya otak," ucapnya.

Sementara itu, Kepala UPT Pelayanan Persampahan DLH Sleman, Sri Restuti Nurhidayah mengatakan dengan ditutupnya TPST Piyungan maka berpengaruh besar ke penumpukan sampah di Sleman.

Baca: TPST Piyungan Tutup Sementara, 13 Depo di Sleman Penuh Tumpukan Sampah

Ia mengatakan, truk-truk pengangkut sampah sudah mengantre sejak Kamis pekan lalu, dan puncaknya pada Hari Minggu kemarin truk sama sekali tidak bisa membuang di sana.

"Sudah lembur, sampai sana kok diportal, jadi balik lagi. Ini sementara di depo-depo penuh, karena armada kembali ke depo dulu," paparnya.

Sleman sendiri memiliki 13 depo, dan 34 truk yang mengangkut sampah.

Setiap truknya mampu mengangkut 8 meter kubik sampah.

Dengan ditutupnya TPST Piyungan, pihaknya pun tak dapat berbuat banyak.

"Kami hanya bisa menunggu, karena tidak punya TPS sendiri. Kami pun sudah mengirimkan surat edaran ke masyarakat berupa permintaan maaf. Semua berharap ada solusinya dan TPST Piyungan bisa dibuka lagi," ucapnya.

Kasi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Suryantana ditemui secara terpisah mengungkapkan bahwa sebenarnya sampah tidak boleh menginap lebih dari satu hari di depo.

Baca: Imbas Penutupan TPST Piyungan, Tumpukan Sampah di Depo Nogotirto Semakin Menggunung

Karena jika demikian, akan mengeluarkan bau menyengat dan jadi sumber penyakit.

Jika keadaan ini terus berlangsung lama, maka alternatif lainya adalah dengan membuang sampah di TPS Kulon Progo dan di Gunungkidul.

"Karena tidak boleh buang di Piyungan, otomatis kita tumpuk sementara di truk, masakan dibuang sembarang, itu juga enggak boleh. Alternatifnya ya ke Kulon Progo atau Gunungkidul," terangnya.

Sleman memang belum memiliki TPS.

Dibangunnya TPS Tambakboyo juga masih wacana dan perlu kajian menyeluruh terlebih dahulu, baru setelah itu pendanaanya.

Karena tak memiliki TPS dan kondisi Piyungan yang saat ini ditutup, ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi produksi sampah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved