Menelusuri Jejak Pu Kumbhayoni
Hasil Penelusuran untuk Mencari Dua Dusun Kuno di Antara Bukit dan Lembah di Selatan Ratu Boko
Nama Nglangkap dan Mlakan ini sangat menarik. Kedua nama itu memiliki kedekatan nama dengan Langka dan Wulakan, seperti disebut dalam prasati Pereng
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Ke selatan meliputi daerah di Sumberejo, Prambanan yang sekarang, terus ke selatan hingga arah Petir dan Piyungan. Di Sumberejo ini terdapat situs penting dan sangat menarik, yang dikenal sebagai situs Gepolo.
Masuk wilayah Dusun Gunungsari, situs ini menunjukkan peninggalan arca-arca berukuran jumbo. Arca paling menyolok yang masih berdiri tegak saat ini adalah arca Agastya. Sebagian tubuh arca raksasa ini rusak seperti disengaja.

Jejak kekunaan lain yang fantastis di kawasan situs ini arca Ganesha, yang terjungkal ke jurang di selatan bekas dusun Gepolo. Ukuran pedestal arca Ganesha ini sangat besar. Sayang tubuh hingga kepala arca jumbo ini tidak ditemukan lagi.

Jejak wanua yang dimaksud dalam prasasti Pereng samar-samar ditemukan di dua dusun yang terletak di perbukitan tenggara Candi Ijo. Di daerah ini terdapat dua dusun bernama Nglangkap dan Mlakan.
Pak Irin (57), warga setempat mengatakan, nama Nglangkap dan Mlakan sudah ada turun temurun. Ia tidak tahu lagi sejak kapan nama itu digunakan. Ia menggelang saat ditanya apakah mengetahui tempat bernama Wulakan dan Langka.

“Setahu saya di daerah sini ya Nglangkap dan Mlakan. Itu sudah nama sejak dulu. Orang sini pasti juga sudah tidak tahu riwayatnya,” kata Pak Irin ditemui Tribunjogja.com di tepi jalan masuk Dusun Mlakan beberapa waktu lalu.
Namun keberadaan nama Nglangkap dan Mlakan ini sangat menarik. Kedua nama itu memiliki kedekatan nama dengan Langka dan Wulakan, seperti disebut dalam prasati Pereng. Kedekatan nama ini bahkan secara pengucapan begitu mirip.
Masa 1.157 tahun berlalu sejak prasasti Pereng dibuat, nama tempat bisa berubah secara penyebutan maupun penulisan. Bisa jadi Nglangkap merupakan perubahan nama Langka, dan Mlakan adalah nama baru Wulakan.
Dilihat dari letak geografinya di kawasan perbukitan dan lembah di selatan dan tenggara Ratu Boko, posisi kedua dusun ini sangat mendukung. Sementara nama-nama lain seperti Tunggang, Dawet, Sereh, Lodwang, sejauh ini belum ketemu jejak lokasinya.
Satu lagi yang dituliskan dalam prasasti Pereng adalah nama i wala. Poerbatjaraka menyebut Wala sebagai wanua kekuasaan Walaing yang ada air terjunnya. Di manakah daerah di perbukitan dan lembah Prambanan selatan yang memiliki air terjun?

Penelusuran yang dilakukan Tribunjogja.com dalam kurun waktu cukup lama ke berbagai lokasi, tidak menemukan kandidat kuat, kecuali di Dusun Gembyong, Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Gunungkidul.
Di sebuah lokasi jeram di aliran Kali Mlanting di tapal batas Dusun Gambyong dan Dusun Lemah Abang, Desa Gayamharjo, Prambanan, terdapat air terjun yang kini dinamai “Jurug Gedhe”. Ketinggian air terjun ini dari dasar sungai sekitar 25 meter.
“Wala? Saya tidak pernah dengar nama itu di sekitar sini,” kata Pak Parno, warga Ngoro-oro saat ditanya apakah tahu tempat bernama Wala yang ada air terjunnya.
“Air terjun di daerah sekitar sini ya hanya Jurug Gedhe ini,” tukasnya.
“Di Gayamharjo dulu juga ada, tapi tidak besar airnya. Kemarau malah kering. Kalau Jurug Gedhe, kemarau masih ada aliran walau debitnya kecil,” sambung Pak Misno, warga Dusun Gembyong di dekat pintu masuk Jurug Gedhe.