Yogyakarta
Lestarikan Ketoprak dan Sandiwara Bahasa Jawa pada Generasi Milenial
Para seniman pun akan mengembangkan ketoprak yang bersifat kekinian namun tidak menghilangkan esensi dari pertunjukan ini.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
“Misalnya, jika ada sineas yang akan mengangkat konten kearifan lokal masyarakat Jawa bisa berkonsultasi resmi dan mencari rujukan di DIY. Tidak perlu mikir nanti ada sorotan sana-sini karena konsultasi berbeda-beda,” ulas pengajar Bahasa Jawa di SMA 2 Bantul ini.
Baca: Tujuh Kata dan Frasa Bahasa Jawa yang Harus Kamu Tahu Sebelum ke Yogyakarta
Dirinya dan para pemerhati bahasa Jawa di DIY pun saat ini mendukung rencana penyusunan Raperda Pelestarian Huruf dan Bahasa Jawa.
Diharapkan, raperda tersebut mampu mendorong pengembangan bahasa dan huruf Jawa berbasis teknologi informasi.
Mantan Ketua MGMP Bahasa Jawa DIY ini juga menambahkan raperda juga diharapkan dapat meningkatkan penyebaran huruf dan bahasa Jawa lebih luas, misalnya penulisan huruf Jawa di setiap sudut wilayah Yogyakarta.
“Raperda ini harus disusun dengan membayangkan bagaimana indahnya jalan Malioboro penuh tulisan jawa di toko-toko dan kampung-kampungnya,” urainya.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap dialog budaya tersebut dapat berlanjut dengan berdialog bersama seniman-seniman yang lain.
Sultan juga mengatakan, kesenian bisa memasuki generasi muda millennial.
“Tentang proses berbudaya, berkesenian dan bertradisi itu tidak lepas dari pada konteks anak-anak kita dan cucu-cucu kita,” katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)