Distan Kota Yogyakarta Pikirkan Lele Kaleng

Pemkot Yogyakarta meminta agar setiap kelurahan memiliki kolam-kolam untuk lele cendol.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Strategi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan pendapatan warga melalui budidaya lele cendol masih menyisakan PR, terlebih di pengelolaan pascapanen.

Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto, mengatakan bahwa pihaknya tengah memikirkan hal tersebut.

Pemkot Yogyakarta meminta agar setiap kelurahan memiliki kolam-kolam untuk lele cendol.

Hal tersebut dijelaskan Sugeng telah berjalan bahkan setiap RT sudah memiliki rata-rata 1 kolam lele cendol.

"Kalau sesuai jumlah RT di kota, ada 2.600 kolam lele cendol nantinya. Padahal satu RT ada yang punya 3-4 kolam cendol. Kalau panennya bersamaan, dari yang tidak terjual ini harus diapakan, ini yang sedang kami pikirkan," terangnya, Sabtu (2/3/2019).

Ia menegaskan, bahwa pihak kecamatan telah berupaya menjaring PKL kuliner untuk membeli lele cendol dari budidaya tersebut.

Selanjutnya, dari yang tidak terjual perlu diolah menjadi kuliner lain yang bisa mengangkat nilai jual dari lele cendol.

"Kalau dijual mentah juga harganya akan sangat murah" ucapnya.

Sugeng menjelaskan bahwa salah satu pengelolaan pasca panen tersebut dalam bentuk lele kaleng.

Berbeda dengan lele segar, lele kaleng diolah terlebih dahulu disertai dengan bumbu dan menjadi makanan siap santap layaknya sarden kaleng yang umum ditemui di pasaran.

"Ini sedang kami pikirkan. Nantinya akan kami berikan pelatihan dan pendampingan ke warga terkait pengelolaan lele pascapanen ini," ungkapnya.

Selain itu, Sugeng menyebut akan ada standar kesehatan, kualitas, serta pemilihan lele dalam satu kemasan berisi 4-5 lele dengan besaran dan kondisi yang terbaik.

"Kalau lele segar hasil panen saat ini sudah dijual di pasar ikan Jetis," tambahnya.

Terkait kualitas lele di Yogya, Sugeng menjelaskan bahwa kualitasnya bisa bersaing dengan lele lain dari luar kota.

Setiap lele hasil panen yang berkualitas, dimulai dari bibirnya yang juga berkualitas.

Adapun terkait perawatannya, cenderung mudah. Angka kematian dari 100 lele yang dibudidayakan misalkan, berkisar 3 persen.

"Misalkan lele cendol yang di Cokrodiningratan itu bagus lelenya. Panjangnya saat bibit awal sekitar 5-6cm. Perkiraan panen 2 bulan dengan pengelolaan yang bagus," urainya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved