Pendidikan
Daur Ulang Jadi Bahan Aspal, Cara Menekan Polusi Sampah Plastik
Tim Peneliti Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik FT UGM mulai memikirkan apa solusi yang tepat untuk setidaknya mengurangi dampak buruk plastik.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Menurut Muslim, mesin ini bisa mencacah plastik hingga ukuran maksimal 4x4 milimeter.

Ukurannya pun bisa dibuat sesuai kebutuhan, dengan mengatur lebar penyaring di bawah pisau pencacah.
"Pisaunya pun kami desain khusus dengan dua macam, yaitu statis dan dinamis," kata Muslim.
Ada tiga ukuran mesin yang dikembangkan oleh Muslim bersama timnya.
Tiap mesin disesuaikan dengan kapasitas cacahan plastik yang dihasilkan.
Ukuran kecil bisa menghasilkan cacahan sebanyak 10-20 kg per jam, sementara ukuran besar kapasitasnya bisa mencapai 40-50 kg per jam.
Mesin ini menggunakan teknologi listrik.
Namun tenaga yang dibutuhkan hanya sekitar 2-5 PK. Satu PK setara dengan 745,7 watt.
Sementara mesin pencacah lainnya membutuhkan daya sebesar 7-10 PK.

"Mesin ini jadinya cocok untuk sektor rumah tangga yang daya listriknya rendah, dan ini juga menjadi permintaan KemenPUPR," kata Kepala Prodi Teknik Mesin S2 FT UGM ini.
Baca: Semua Mamalia Laut dalam Studi Ini telah Terinfeksi MIkroplastik
KemenPUPR RI pun terkesan dengan inovasi dari para dosen dan mahasiswa FT UGM ini.
Terbukti dengan ditunjuknya BUMN PT. Barata Indonesia untuk memproduksi mesin ini secara massal.
KemenPUPR meminta 1000 unit mesin, di mana 500 unit menjadi bagian dari kontrak awal di tahun ini.
Sejauh ini, menurut Muslim, telah diproduksi 187 unit mesin pencacah plastik kresek.
Nantinya, mesin pencacah tersebut akan diberikan secara gratis ke kelompok-kelompok pengelola bank sampah.