Sains
Penting Dipahami, Ini yang Sebenarnya Dibutuhkan Pasien DBD
Cairan pengganti ini diberikan kepada pasien sebanyak yang dia mampu, tanpa batasan ataupun pemaksaan.
TRIBUNJOGJA.COM – Salah satu yang dikhawatirkan oleh masyarakat pada saat demam berdarah dengue ( DBD) sedang mewabah seperti sekarang adalah trombosit yang menurun.
Bahkan di Kota Yogyakarta, seperti yang dilaporkan oleh Tribunnews pada Selasa (12/2/2019), permintaan trombosit meningkat 20 persen sejak Januari 2019.
Namun, patut diketahui bahwa sebetulnya tidak semua pasien DBD membutuhkan transfusi trombosit.
Baca: Pendaftaran SNMPTN 2019 Diperpanjang hingga Sabtu 16 Februari 2019
Dr dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI bahkan berkata bahwa transfusi trombosit yang tidak tepat malah akan membuat kondisi kesehatan pasien makin runyam.
“Kalau ditransfusi trombosit, takutnya malah membentuk antibodi untuk trombosit itu, malah makin ruwet masalahnya,” ujarnya dalam seminar bertajuk “Demam Berdarah yang Tak Kunjung Musnah, Mengapa?” di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Daripada transfusi trombosit, Leonard berkata bahwa kunci dari pengobatan DBD adalah cairan pengganti.
Hal ini dikarenakan cara sistem kekebalan tubuh melawan DBD.
Baca: Dinkes DIY Sosialisasi Germas di Imogiri, Ajak Masyarakat Waspadai Demam Berdarah
Sebetulnya, tubuh kita sudah siap untuk melawan DBD, tetapi responsnya berlebihan sehingga malah mengeluarkan zat-zat kimia ke pembuluh darah kapiler.
Respons ini bermuara pada endotel kapiler yang terdiri dari sel-sel endotel dengan celah di antaranya.
Celah ini dijaga oleh dua gerbang, yakni tight junction dan adherence junction, yang hanya memperbolehkan molekul kurang dari tiga nanometer untuk lewat.
Molekul-molekul ini seperti glukosa dan elektrolit.
Namun, rangsangan virus DBD membuat sel endotel kontraksi sehingga celahnya melebar dan molekul yang bisa lewat semakin besar, termasuk cairan elektrolit yang menyusun 91 persen dari plasma darah.
Pada tahap yang lebih serius, sel darah merah juga bisa keluar dari celah sehingga menyebabkan munculnya bintik-bintik merah di kulit pasien DBD.
Nah ketika cairan elektrolit keluar, pembuluh darah pun mengalami pemekatan atau hemokonsentrasi.
Aliran darah menjadi lebih lambat, bahkan mandek. Inilah yang disebut kebocoran plasma, masalah utama dari DBD.