ADVERTORIAL
Dinkes DIY Sosialisasi Germas di Imogiri, Ajak Masyarakat Waspadai Demam Berdarah
Program Germas ini merupakan instruksi dari presiden agar masyarakat senantiasa menjaga kesehatan.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Sementara itu Kepala Puskesmas Imogiri I, Florentina Sita Murti bercerita, pihaknya belum lama ini menerima dua pasien positif Demam Berdarah (DB). Keduanya, merupakan warga Imogiri.
Temuan ini menandakan, bahwa belum 100 persen wilayah Imogiri terbebas dari jentik nyamuk aedes aegypti.
“Tentu ini jadi pelajaran untuk kita semua. Bahwa ABJ (Angka Bebas Jentik) di Imogiri ini belum sampai 100 persen. Malah cenderung rendah. Kondisi ini bukan untuk ditakuti tapi diwaspadai. ABJ ini bisa dimaksimalkan selama masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar,” kata Florentina.
Menjaga lingkungan sekitar demi menghilangkan jentik nyamuk ini bisa dilakukan dengan cara mengecek secara rutin tempat yang biasa dipakai untuk penampungan air seperti bak mandi.
Lalu dicek apakah ada jentik.
Jika iya, maka harus dikuras dan dibersihan.
Wadah-wadah yang berpotensi menampun air juga sebaiknya dikubur.
Florentina juga menyoroti soal pola hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi makanan alami seperti buah dan sayur.
Buah yang dimaksud tidak harus mahal.
Baca: Dinkes DIY Sosialisasi Germas di Desa Bangunjiwo, Ajak Warga Perbanyak Konsumsi Sayuran
Seperti pisang atau pepaya, yang meskipun harganya relatif murah tetapi kaya manfaat karena mengandung vitamin. Juga, sebisa mungkin mengurangi konsumsi minyak.
“Sudah jadi kebiasaan kalau acara pertemuan ada hidangan gorengan ya ibu-ibu. Pelan-pelan dikurangi konsumsi makanan yang digoreng dan banyak mengandung minyak. Mungkin bisa diganti jagung, kacang atau pisang rebus. Lebih sehat tapi sama nikmatnya. Atau buah yang murah meriah seperti pepaya,” kata Florentina.
Sedangkan anggota DPRD DIY dari Komisi D, Tustiyani juga memgajak masyarakat berperilaku hidup sehat dimulai dari hal-hal yang sederhana.
Seperti kaum ibu-ibu misalnya, yang seyogyanya mengupayakan ASI eksklusif kepada buah hatinya dibanding memberikan susu formula dari produksi pabrik.
“ASI ekslusif ini ekonomis. Tidak perlu beli. Tapi manfaatnya nilai gizinya jauh lebih komplet dibanding susu formula yang harganya mahal. Kalau untuk bapak-bapak mungkin cara paling sederhana mulai berhenti merokok karena selain menghabiskan uang, efek negatifnya bisa kena ke keluarga kita sebagai perokok pasif,” katanya. (*)