Pendidikan
Mahasiswa Universitas Satya Wiyata Mandala Kunjungi Innovative Academy (IA) HUB UGM
Kunjungan ini untuk memberikan wawasan terkait perkembangan teknologi dan kewirausahaan pada era revolusi industri 4.0.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sebanyak 50 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Satya Wiyata Mandala, Nabire, Papua berkunjung ke Innovative Academy (IA) HUB UGM.
Head of Program Innovative Academy, Sebastian Alex Dharmawangsa mengatakan, kunjungan ini untuk memberikan wawasan terkait perkembangan teknologi dan kewirausahaan pada era revolusi industri 4.0.
“Pengetahuan ini diharapkan mampu membuka opsi baru di dunia kerja bagi mahasiswa dan hilirisasi penelitian,” kata Alex dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunjogja.com, Senin (4/2/2019).
Berbagai kegiatan dan program yang dilakukan IA UGM merupakan upaya mendukung visi Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara di tahun 2020.
Baca: Mie Setan dan Iblis Hidangan Mie Super Pedas di Yogyakarta
Sebastian menambahkan, dalam menjalankan program, Innovative Academy menekankan keberlanjutan dari setiap startup yang dibina, tahap perencanaan menjadi sangat penting, terlebih pada tahap validasi ide dan pasar.
“Dari dimulainya program ini di tahun 2014, Innovative Academy telah menginkubasi sebanyak 54 Startup, yang 9 diantaranya telah memasuki tahap akselerasi,” ujarnya.
Dalam kunjungan mahasiswa Satya Wiyata Mandala diperkenalkan dua startup yang telah menjalani tahap akselerasi.
Keduanya ialah Nusantera, yang merupakan startup dengan produk berbasis IoT dan Bantu Ternak, yang memberikan opsi kepada masyarakat untuk melakukan investasi dibidang peternakan.
Baca: KKN UGM Berdayakan Warga Carita Kembangkan Mitigasi Bencana
Dalam kesempatan itu pula, mahasiswa USWIM juga mendapatkan penjelasan terkait proses terseleksinya startup yang telah dibina melalui program Innovative Academy.
Anggit A. Setiawan (CEO - Nusantera) dan Leni Nurhanini (Business Development - Bantu Ternak) menjadi kesempatan berbagi inspirasi kepada mahasiswa-mahasiswi USWIM dengan pemaparan latar belakang dan permasalahan apa yang kedua startup tersebut coba selesaikan, serta proses operasional yang dilakukan oleh keduanya.
Bagi Anggit, dalam menciptakan produk berbasis IoT sendiri harus menempuh waktu riset yang cukup panjang.
Demikian juga yang dialami oleh Leni dan timnya, untuk menghasilkan ide startup yang mereka miliki saat ini diperlukan metode riset yang tepat serta waktu yang tidak singkat untuk mendatangi para pelaku di sektor peternakan. (*)