Kulon Progo
Wajah Pantai Glagah Bakal Berubah Total
Pantai Glagah di Kecamatan Temon dirancang untuk menjadi destinasi wisata air dan kuliner baru berkelas internasional.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
Nantinya pengunjung akan diangkut dengan kendaraan shuttle ataupun bisa berjalan kaki menuju area utama karena konsepnya dibuat ramah pedestrian.
Pemkab juga akan merevitalisasi dermaga perahu wisata di Sungai Serang sehingga bisa menjadi atraksi tambahan bagi wisatawan.
"Dermaga wisaya sebetulnya sudah cukup bagus namun selama ini tidak ada maintenance sehingga mengalami kerusakan. Kami akan coba optimalkan kembali,"kata Niken.
Namun begitu, realisasi penataan fisik Pantai Glagah dimungkinkan masih butuh waktu panjang.
Niken mengatakan pihaknya masih harus melakukan perencanaan yang sedikitnya butuh waktu setahun sebelum bisa dilaksanakan.
Anggarannya juga ditaksir cukup besar yakni butuh Rp69 miliar.
Pihaknya akan mengupayakan berbagai sumber dana, termasuk mencoba mengakses Dana Keistimewaan (Danais).
Pekan depan pihaknya akan memaparkan rencana pengembangan Pantai Glagah itu kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY.
"Sebelum rencana induk dan DED jadi, kami juga sudah mengusulkan dalam Danais senilai Rp8 miliar untuk hal-hal yang sekiranya tidak berisiko sosial. Misal pembangunan area gerbang, penataan laguna, dan optimalisasi Sungai Serang. Kami coba berbagai jalan karena kebutuhan dananya cukup besar. Mungkin juga bisa secara bertahap,"jelas Niken.
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan bahwa penataan kawasan Pantai Glagah-Congot akan dilakukan secara menyeluruh, tidak parsial.
Hal ini terkait juga dengan kebutuhan area pelindung alami (green barrier) bagi NYIA dengan penanaman pohon cemara yang jadi bagian dari mitigasi bencana.
Maka itu, ia meminta agar pemilik bangunan di selatan area pembangunan NYIA segera mengosongkan lahan dengan kesadaran sendiri.
Saat ini, area tersebut memang terdapat banyak bangunan hotel, warung, rumah hunian, dan area tambak udang.
"Penahan tsunami itu ya cemara, bukan warung-warung. Tidak boleh ada hunian di situ jadi mereka harus pergi. Masyarakat harus menyadari bahwa di situ area penahan tsunami," kata Hasto.
Hasto menyebut kemungkinan besar penataan kawasan itu dilakukan secara tahun jamak (multiyears).
Pihaknya akan mengusulkan pengganggarannya melalui Danais, APBD II, maupun menembus pihak AP I mengingat korporasi itu dulu pernah berniat mengelola kawasan selatan NYIA.
Hal itu masih menjadi pembicaraan karena lahannya milik Pura Pakualaman.(*)