Kulon Progo

Wajah Pantai Glagah Bakal Berubah Total

Pantai Glagah di Kecamatan Temon dirancang untuk menjadi destinasi wisata air dan kuliner baru berkelas internasional.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Singgih Wahyu
Wisatawan tengah bermain di tepian Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kulon Progo, belum lama ini. Pantai tersebut merupakan destinasi wisata paling populer di kabupaten terbarat di DIY ini. 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pantai Glagah di Kecamatan Temon dirancang untuk menjadi destinasi wisata air dan kuliner baru berkelas internasional.

Namun begitu, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo pengembangan dan penataan kawasan tersebut tidak akan kontradiksi dengan aspek keselamatan operasional penerbangan di New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Destinasi wisata terpopuler di Kulon Progo itu memang bersebelahan langsung dengan lokasi bandara baru tersebut.

Sempat terjadi tarik ulur kepentingan di antara sektor wisata dan transportasi publik itu.

Terutama menyangkut pemanfaatan ruang lahan di pantai yang terletak di selatan bandara itu karena menyangkut Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Niken Probo Laras mengatakan bahwa pihaknya sudah menyelesaikan penyusunan gambar kerja atau Detailed Engineering Design (DED) rencana penataan kawasan Pantai Glagah.

Area yang akan dikembangkan terfokus pada area sekitar laguna dan sisi timur kawasan pantai tersebut yang saat ini juga menjadi titik utama keramaian wisatawan.

Sedangkan lahan di sisi barat akan digunakan sebagai green barrier bagi NYIA dengan menjadi kawasan hutan cemara udang.

"Perwajahan di kawasan Pantai Glagah nanti 100 persen berubah. Kami sudah berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura I dan Kantor Otoritas Bandar Udara di Surabaya yang membawahi DIY. Itu sudah beres, Semua yang kita buat di sini sudah memenuhi syarat sehingga tidak mengganggu KKOP," kata Niken pada Tribunjogja.com, Rabu (23/1/2019).

Dijelaskan, kawasan sepanjang Pantai Glagah hingga Pantai Congot seluas 78,5 hektare direncanakan sebagai kawasan konservasi dengan hutan cemara udang.

Adapun pengembangan Pantai Glagah menjadi area wisata dan konservasi hanya akan memanfaatkan lahan seluas 56,9 hektare di sisi timur yang berbatasan dengan Sungai Serang.

Pun area pantai yang akan dikembangkan dalam luasan itu hanya sepanjang sekitar 1,5 kilometer dari muara Sungai Serang ke arah barat.

Fasilitas yang akan dibangun mencakup gerbang baru, tourism information center, area berfoto, tempat bermain anak, pojok kuliner, hingga area penjualan cinderamata dan lainnya.

Motif batik khas Kulon Progo, geblek renteng akan dihadirkan dalam beberapa instalasi di berbagai sudutnya.

Tempar parkir kendaraan akan dibuat secara khusus dan jauh dari titik area utama sehingga tidak akan semrawut seperti saat ini.

Nantinya pengunjung akan diangkut dengan kendaraan shuttle ataupun bisa berjalan kaki menuju area utama karena konsepnya dibuat ramah pedestrian.

Pemkab juga akan merevitalisasi dermaga perahu wisata di Sungai Serang sehingga bisa menjadi atraksi tambahan bagi wisatawan.

"Dermaga wisaya sebetulnya sudah cukup bagus namun selama ini tidak ada maintenance sehingga mengalami kerusakan. Kami akan coba optimalkan kembali,"kata Niken.

Namun begitu, realisasi penataan fisik Pantai Glagah dimungkinkan masih butuh waktu panjang.

Niken mengatakan pihaknya masih harus melakukan perencanaan yang sedikitnya butuh waktu setahun sebelum bisa dilaksanakan.

Anggarannya juga ditaksir cukup besar yakni butuh Rp69 miliar.

Pihaknya akan mengupayakan berbagai sumber dana, termasuk mencoba mengakses Dana Keistimewaan (Danais).

Pekan depan pihaknya akan memaparkan rencana pengembangan Pantai Glagah itu kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY.

"Sebelum rencana induk dan DED jadi, kami juga sudah mengusulkan dalam Danais senilai Rp8 miliar untuk hal-hal yang sekiranya tidak berisiko sosial. Misal pembangunan area gerbang, penataan laguna, dan optimalisasi Sungai Serang. Kami coba berbagai jalan karena kebutuhan dananya cukup besar. Mungkin juga bisa secara bertahap,"jelas Niken.

Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan bahwa penataan kawasan Pantai Glagah-Congot akan dilakukan secara menyeluruh, tidak parsial.

Hal ini terkait juga dengan kebutuhan area pelindung alami (green barrier) bagi NYIA dengan penanaman pohon cemara yang jadi bagian dari mitigasi bencana.

Maka itu, ia meminta agar pemilik bangunan di selatan area pembangunan NYIA segera mengosongkan lahan dengan kesadaran sendiri.

Saat ini, area tersebut memang terdapat banyak bangunan hotel, warung, rumah hunian, dan area tambak udang.

"Penahan tsunami itu ya cemara, bukan warung-warung. Tidak boleh ada hunian di situ jadi mereka harus pergi. Masyarakat harus menyadari bahwa di situ area penahan tsunami," kata Hasto.

Hasto menyebut kemungkinan besar penataan kawasan itu dilakukan secara tahun jamak (multiyears).

Pihaknya akan mengusulkan pengganggarannya melalui Danais, APBD II, maupun menembus pihak AP I mengingat korporasi itu dulu pernah berniat mengelola kawasan selatan NYIA.

Hal itu masih menjadi pembicaraan karena lahannya milik Pura Pakualaman.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved