Tsunami Banten dan Lampung, Erupsi Anak Krakatau, Banyak Korban Termasuk Personil Band Seventen
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika merilis peristiwa tsunami di Pantai Barat Provinsi Banten
"Pemain bass kami M Awal Purbani yang biasa disapa Bani juga Road Manajer Oki Wijaya menghembuskan nafas terakhirnya," imbuhnya.
Yulia mengungkapkan, kejadian berlangsung saat baru lagu kedua Seventeen menghibur penonton.
Air pasang naik ke permukaan dan menyeret seluruh orang yang ada di lokasi.
"Sayangnya saat arusnya surut anggota kami ada yang bisa menyelamatkan diri sementara sebagian tidak menemukan tempat berpegangan. Posisi panggung tepat membelakangi laut," ungkapnya.
Yulia menjelaskan, saat ini korban bencana terpencar di klinik-klinik dalam radius 2-3 Km dari lokasi kejadian.
Ivan Vokalis Seventeen mengungkapkan, sebelum panggung diterjang tsunami sama tak ada tanda-tanda signifikan.
"Tenang saja, tak ada angin dan semacamnya., namun saya memang melihat bara anak Krakatau,"kata Ivan saat wawancara via telefon dengan TV One, Minggu (23/12/2018).
Baca: Keterangan dari Keluarga Besar Seventeen Terkait Personel yang Jadi Korban Tsunami Banten
Krakatau
Buku karya Simon Winchester Krakatoa : The Day The World Explode, August 27, 1883, telah dialihbahasakan oleh penerbit Serambi pada April 2006 dengan judul yang serupa.
Saking larisnya buku ini, cetakan kedua dibuat September 2006. Secara umum, isi buku ini sangat bagus, detail, dan komprehensif mengungkap drama letusan gunung Krakatau. Datanya faktual, sebagian besar laporan dan kesaksian tertulis warga Belanda.
Ada juga laporan perjalanan kapal laut dari sejumlah maskapai di Inggris, AS dan juga Belanda yang ketika kejadian tengah berlayar di perairan Hindia Belanda. Kekuatan utama buku ini ada pada detail drama yang disajikan Simon.
Tidak hanya tentang Krakatau pada sekitar 1883, tetapi juga dilengkapi sejarah geologis gunung di Selat Sunda yang merupakan pertemuan dua lempeng tektonik paling aktif, lempeng Australia dan Euroasia.
Puluhan ribu tahun sebelum 1883, gunung Krakatau sudah menjulang perkasa. Dikenal sebagai Krakatau Purba, gunung itu juga konon meledak dahsyat memuntahkan material raksasa ke sekitarnya.
Terbentuklah kaldera raksasa yang kemudian tenggelam meninggalkan puncak-puncaknya setelah masa glasial atau zaman es berakhir. Sekali lagi Krakatau baru meletus hebat pada 1680, dan sejumlah kecil laporan datang dari pelayar Eropa yang melintas di Selat Sunda.