Bantul
Sudilah Pengusaha Lempeng Gendar Keluhkan Tak Ada Regenerasi, Dulu Dijual Sampai Beringharjo
Dapur rumah Sudilah dan Bartini tersebut memang menjadi tempat produksi lempeng gendar, atau karak nasi.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Ari Nugroho
Untuk satu kilo lempeng gendar mentah dijual seharga Rp 12 ribu.
"Sekilo dua belas ribu. Kalau yang bahannya beras thok nggak dicampur karak sekilo 25 ribu," tuturnya.
Tak lagi dijual sampai Beringharjo, lempeng buatan Sudilah hanya diambil oleh pedagan dari pasar Pleret dan Parangtritis.
Baca: Heboh, Wanita Thailand Ini Bikin Sensasi Melalui Busana Kantung Kerupuk Udang Miliknya
Proses pembuatan lempeng gendar ini pun dilakukan secara sederhana dengan peralatan tradisional.
Seperti anjang (tempat menjemur lempeng), pisau panjang, dandang dari tembaga, jojoh (alat untuk menghaluskan nasi), hingga perapian sederhana untuk menanak nasi.
"Anjang itu seperti itu, buat jemur lempeng. Sekarang apa masih ada yang jual seperti itu?" ujarnya sambil tertawa kecil.
"Dandangnya juga bocor semua. Bahannya dari tembaga, bingung mau dibetulkan di mana," terangnya. "Saya pinjam punya kakak saya sekarang," imbuhnya.

Produksi lempengnya juga tak dilakukan setiap hari, mengingat ia dan pegawainya tak lagi punya banyak tenaga karena usia.
"Dua hari sekali. Tapi tergantung, kalau hujan terus atau saya bantu hajatan di tempat orang, ya nggak bikin," katanya.
Sekali produksi dirinya mendapat hasil antara Rp 300-600 ribu.
"Sok tampi 300, nek lempeng ageng nggih 600," jelasnya.
Untuk lima pegawainya, dalam sekali produksi ia beri upah masing-masing Rp 40 ribu.
"Saya beri 40 buat ngiris dan jojoh," tuturnya.
Baca: Ira Yustin Siapkan Parcel Kerupuk Palembang
Masuk musim hujan, kendala lain menghadang.
"Kalau hujan nggak bisa dijemur. Kalau hujan terus libur," kata dia. Bahkan pernah saat tak ada panas matahari sama sekali, lempeng racikannya gagal produksi.