Kulon Progo

Tanah Longsor Jebol Rumah Warga Samigaluh

Peristiwa itu terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak Jumat (7/12/2018) hingga Sabtu dinihari.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
IST
Warga Keceme, Desa Gerbosari, Samigaluh, menunjukkan ruang dapurnya yang jebol diterjang tanah longsor. 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Bencana tanah longsor kembali terjadi di wilayah Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (8/12/2018).

Material longsoran itu mengenai tiga rumah warga Pedukuhan Keceme, Desa Gerbosari hingga mengalami kerusakan pada beberapa bagiannya.

Baca: BPBD DIY Petakan 16 Kecamatan Berpotensi Longsor

Peristiwa itu terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak Jumat (7/12/2018) hingga Sabtu dinihari.

Guyuran hujan terus menerus membuat struktur tebing di dekat rumah warga rapuh dan kemudian ambrol.

Jarak yang cukup dekat membuat material longsoran itu langsung menghantam bangunan rumah warga.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Upaya penanganan awal pun telah dilakukan oleh masyarakat bersama relawan kebencanaan dan petugas terkait.

Baca: Pemkab Kulon Progo Dianggap Belum Mampu Menangkap Peluang Pariwisata

Rumah yang rusak antara lain milik warga bernama Karno, Palal, dan Sunaryo.

Kerusakan terparah dialami rumah milik Karno. Tebing setinggi sekitar 10 meter dan lebar 15 meter di belakang rumahnya ambrol. Dinding beton ruang dapurnya jebol dihantam material longsoran.

Beruntung, enam orang penghuni rumah bisa selamat karena tengah berada di ruangan depan.

"Saya terbangun mendengar suara gemuruh. Ternyata ruang dapur kena longsoran,"kata Karno, Minggu (9/12/2018).

Akibat kejadian itu, dirinya mengalami kerugian sekitar Rp15 juta karena rusaknya bagian belakang rumah.

Menurutnya, tebing tersebut memang sudah seringkali mengalami longsor dan hampir setiap tahun terjadi.

Namun, baru kali ini longsoran terjadi cukup besar hingga menjebol dinding rumahnya.

"Hampir setiap tahun pasti longsor kalau musim hujan. Saya tidak ada tempat lain untuk pindah. Jadi, ya tetap "tinggal di sini saja," jelasnya.

Baca: Sepuluh Titik Kejadian Tanah Longsor di Kulon Progo

Hal senada diungkapkan Palal, warga lainnya. Tebing setinggi 10 meter dan lebar 8 meter di samping rumahnya longsor hingga menjebol dinding kayu bagian belakang rumahnya.

Namun begitu, ia enggan pindah dari lokasi tersebut.

Para warga itu menyadari bencana bisa datang lagi kapan saja namun mereka memilih untuk tetap tinggal di rumahnya saat ini atas berbagai pertimbangan sembari terus meningkatkan kewaspadaan saat hujan mengguyur.

"Sudah bertahun-tahun tinggal di sini, sudah nyaman dan tidak ingin pindah ke lain tempat,"kata dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo memetakan ada sekitar 200 pedukuhan di 21 desa yang rawan terjadi tanah longsor, terutama di kawasan perbukitan Menoreh.

Antara lain di Kecamatan Kokap, Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang, dan Pengasih.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kulon Progo, Hepy Eko Nugroho mengatakan, pihaknya sudah menggelar rapat koordinasi lintas instansi beberapa waktu lalu untuk menyamakan persepsi dalam mengantisipasi datangnya musim hujan beserta bencana yang mengintai sesuai kewenangan masing-masing.

Juga, berkoordinasi dengan jaringan relawan.

Pihaknya telah memasang 87 unit early warning system (EWS) di sejumlah titik yang memiliki risiko berdampak pada pemukiman warga.

Antara lain di Kokap (Soropati, Jeruk) Girimulyo (Ngrancah, Pendoworejo), dan Samigaluh (Sulur, Sidoarjo). Namun, BPBD tak mau tergantung pada EWS karena alat tersebut bisa saja rusak.

"Hal utama adalah mengajak warga untuk lebih siaga dan tanggap bencana. Masyarakat sudah kami sosialisasikan untuk peningkatan kewaspadaan,"kata Hepy.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved