Yogyakarta
Polda DIY: Radikalisme Ada di Daerah dengan Toleransi Rendah
Menanggapi PMP yang akan kembali menjadi mata pelajaran di sekolah. Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yuliyanto secara pribadi menyatakan setuju
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menanggapi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang akan kembali menjadi mata pelajaran di sekolah. Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yuliyanto secara pribadi menyatakan setuju.
Menurutnya Pancasila memiliki nila-nilai positif yang bisa dipelajari, khususnya dalam hal toleransi.
Ia pun secara pribadi mendukung jika PMP menjadi materi dalam pelajaran di sekolah.
"Kalau soal PMP, secara pribadi saya setuju. tetapi ini bukan mewakili kepolisian ya. Pancasila itu memiliki nila-nilai yang sangat bagus. Pancasila mengajarkan tentang Ketuhanan, hubungan dengan sesama, bagaimana toleransi, dan demokrasi," katanya Kamis (29/11/2018).
Baca: Wacana Kembalikan PMP Dapatkan Beragam Reaksi di SMP N 2 Wonosari Gunungkidul
"Ya secara pribadi kalau itu mau jadi mata pelajaran lagi di sekolah saya setuju saja. kayaknya sekarang sudah tidak diajarkan di sekolah," sambungnya.
Saat disinggung mengenai PMP bisa menangkal radikalisme, ia mengatakan radikalisme bisa tumbuh di daerah yang toleransi kepada sesama rendah.
Hal itu tentu berbeda dengan Yogyakarta yang memiliki toleransi tinggi.
Menurutnya Yogyakarta adalah miniatur Indonesia, karena berbagai suku ada di Yogyakarta.
"Orang yang radikal itu kan orang yang tolenransinya rendah. Kalau di Yogyakarta ini kan toleransi tinggi, city of tolerance. Berbagai suku dan agama itu ada di Yogyakarta, acara-acara keagamaan juga di Yogyakarta. Sangat toleransi," katanya.
Ia melanjutkan, kemungkinan warga Yogyakarta terpapar radikalisme tetap ada.
Namun demikian kembalii ke pribadi masing-masing.
Ia pun tidak bisa menilai tinggi rendahnya radikalisme di Yogyakarta.
Menurutnya perlu pendalaman dan data yang kuat.
Baca: Ayo Gelorakan Pancasila untuk Perkuat Persatuan Bangsa Indonesia
"Tetapi kalau bisa terpapar radikalisme itu tergantung dari pribadinya. Saya tidak bisa bilang itu rendah atau tinggi, harus berbasis data,"lanjutnya.
Polda DIY ungkapnya, memiliki upaya-upaya untuk mencegah radikalisme.
Satu diantaranya adalah program Satuan Mahasiswa Bhayangkara (Satmabara) di beberapa universitas.
"Satmabara itu seperti pramuka, tetapi level universitas. Itu juga termasuk upaya kami untuk mencegah radikaslisme di universitas. Sudah terbentuk di beberapa universitas," ungkapnya. (maw)
"Kapolda juga sering diundang untuk jadi pembicara radikalisme. Pihak kepolisian juga bisa jadi narasumber tentang radikaslime, baik dalam seminar atau kuliah umum. Ya seperti itu termasuk pencegahan radikalisme,"tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)