Bantul
Membangun Ekonomi Kerakyatan dari Bantuan Gerobak Angkringan
Selama ini, menurutnya, para pedagang angkringan banyak yang tidak memiliki gerobak sendiri.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Lelaki 56 tahun itu terlihat bahagia.
Wajahnya menyungging senyum, sumringah.
Hari itu, bisa jadi, hari bahagia baginya.
Pasalnya, setelah sekian lama bergantung dari gerobak sewa, hari itu, ia akhirnya memiliki gerobak angkringan sendiri.
Kepada Tribunjogja.com, lelaki yang sedari tadi mengelap gerobak bantuan itu bernama Mono Susilo, ia warga Ketonggo, Wonokromo, Pleret, Bantul.
Ia merupakan satu dari puluhan warga yang beruntung menerima bantuan dari program penguatan ekonomi dalam negeri.
Penguatan ekonomi ini merupakan program dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, bersama mitra kerjanya, anggota komisi B DPRD DIY, Aslam Ridho.
Baca: Bersama Aslam Ridho, Disperindag DIY Bagikan Bantuan Gerobak Angkringan di Bantul
"Saya senang sekali bisa dapat bantuan gerobak angkringan. Untuk usaha, berdagang," tutur mono, sembari tersenyum.
Mono adalah lelaki sederhana.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ia berdagang angkringan sejak tahun 1997. Sudah lebih dari 20 tahun.
"Dulu [awal-awal dagang] gerobaknya punya sendiri. Tapi pasca gempa 2006, gerobaknya rusak dan sekarang gerobaknya sewa," ujar dia, bercerita.
Karena alasan itu, ia mengaku bahagia.
Ketika bisa mendapatkan bantuan gerobak angkringan dari pemerintah.
Artinya, tidak lagi harus menyewa.
Selama ini, mono berdagang angkringan dari gerobak sewa.
Laku ataupun tidak, harga sewa gerobak perhari Rp 6 ribu.
"Saya biasanya bayar setiap dua minggu sekali, Rp 90 ribu," tuturnya.
Baca: Tak Hanya Motor, Gerobak Sapi Kustom Ternyata Juga Ada Lho
Dengan adanya bantuan gerobak, Mono saat ini bisa tersenyum lega.
Pasalnya, ia tak lagi harus risau dengan kejaran uang sewa.
Gerobak sewa, diakuinya, akan segera dikembalikan dan akan mulai menata dagangan dengan gerobak sendiri.
Kepala Disperindag DIY, Tri Saktiyana mengatakan, pembagian bantuan berupa gerobak angkringan kepada masyarakat merupakan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan geliat ekonomi perdagangan dalam negeri.
Menurutnya, setelah sukses pada tahun lalu membagikan gerobak kepada para pedagang angkringan di kawasan Malioboro, maka pada tahun 2018, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas perindustrian dan perdagangan memperluas bantuan dengan membagikan sedikitnya 520 gerobak angkringan.
Bantuan gerobak tersebut didistribusikan ke Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Kulon Progo, Bantul dan kota Yogyakarta.
Baca: Jangan Sampai Ketinggalan, Disperindag Akan Gelar Operasi Pasar, Bawang Putih Dijual Rp 23 Ribu
"Kabupaten Bantul sendiri mendapatkan bantuan sebanyak 220 gerobak," tuturnya, saat acara pembagian gerobak, Jumat (23/11/2018)
220 bantuan gerobak tersebut akan dibagikan secara bertahap di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bantul. Antara lain Kretek, Pundong, Jetis, Imogiri, Dlingo dan Pleret.
Di kecamatan Pleret sendiri, secara simbolis hari itu baru dilakukan pembagian sebanyak 20 gerobak. Lainnya direncanakan akan segera menyusul.
Anggaran yang digelontorkan pemerintah dalam program ini, mencapai 1.2 milyar lebih.
"520 gerobak itu total anggarannya 1.295.000.000 lebih," paparnya.
Adapun tujuan daripada program bantuan gerobak ini, kata Tri Saktiyana, tidak lain adalah untuk menghidupkan dan menguatkan kembali ekonomi kerakyatan.
Sekaligus memberikan peluang kerja baru bagi masyarakat ekonomi lemah.
"Nantinya bantuan gerobak ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan [para penjual angkringan]. Karena tak lagi harus sewa gerobak," tuturnya.
Baca: Outlook Ekonomi Negara Berkembang akan Stabil di 2019
Bukan gerobak, demi peningkatan kapasitas penjualan, Pemerintah juga sudah memberikan bimbingan teknis (Bimtek) kepada para pedagang angkringan. Bimtek itu meliputi pengelolaan managemen sederhana, penyajian hingga pengelolaan makanan supaya tidak cepat basi.
"Selain itu, kita juga akan lakukan pembinaan supaya program ini benar-benar bermanfaat dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat," terangnya.
Sementara itu, anggota DPRD DIY komisi B, Drs, H Aslam Ridho mengungkapkan, program penguatan ekonomi dalam negeri berupa bantuan gerobak angkringan diharapkan mampu meringankan beban biaya produksi para pedagang kecil.
Selama ini, menurutnya, para pedagang angkringan banyak yang tidak memiliki gerobak sendiri.
Untuk bisa terus berjualan mereka terpaksa harus sewa gerobak.
"Sewanya itu ada yang bayar harian ada juga yang mingguan. Dengan adanya bantuan ini, setidaknya akan dapat mengurangi biaya produksi. Masyarakat ingin berjualan tidak usah lagi sewa gerobak," terangnya.
Kedepan, untuk meningkatkan geliat ekonomi kerakyatan, Aslam berharap pemerintah tidak hanya memberikan bantuan berupa gerobak semata. Namun bisa dibarengi juga melalui bantuan dalam bentuk permodalan.
Sehingga ekonomi kerakyatan para pedagang angkringan, semakin menggeliat dan maju.
Sebagai wakil rakyat, ia sendiri mengaku akan mengusulkan supaya tahun mendatang, para pedagang kecil bisa segera mendapatkan bantuan modal.
"Insyaallah bantuan isi-nya nanti bisa dianggarkan tahun 2019. Kita masih rumuskan apakah nanti bantuan dalam bentuk uang atau barang," terang dia.(TRIBUNJOGJA.COM)