Kisah Abu Bakar Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Mendapat Gelar Ash-Shiddiq, Sosok Lembut Tapi Tegas
Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk di antara orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau yang dikenal dengan sebutan as-sabiqun al-awwalun.
Perang Riddah
Setelah pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah, beberapa masalah yang mengancam persatuan umat Islam saat itu muncul.
Beberapa suku Arab yang berasal dari Nejed dan Hijaz membangkang kepada Abu Bakar sebagai khalifah baru dan sistem yang ada.
Beberapa di antaranya menolak untuk membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam sepenuhnya. Beberapa dari yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yaitu penyembahan berhala.
Suku-suku tersebut meyakini bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad saw dan dengan kematiannya komitmen itu sudah tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar assidiq menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah.
Dalam perang Ridda terbesar umat Islam memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab yang artinya Musailamah si pembohong, yang mengaku dirinya sebagai Nabi baru menggantikan Nabi Muhammad saw.
Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada perang Akraba yang dipimpin oleh Khalid Bin Walid.
Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al-Wahsy, seorang budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena sudah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah di waktu Perang Uhud.
Al Wahsyi kemudian memeluk Islam dan bertaubat serta mengakui bahwa dia melakukan kesalahan atas pembunuhan Hamzah.
Al Wahsyi pernah berkata, “Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah Saw (Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci oleh Rasulullah saw (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab).”
Ekspedisi Ke Utara
Setelah keadaan umat Islam sudah stabil dan secara penuh sudah menguasai Arab, Abu Bakar Assidiq memerintahkan para jendral Islam untuk melawan kekaisaran Sassanid dan kekaisaran Bizantium.
Khalid bin Walid sebagai panglima perang telah menaklukkan Irak dengan mudah, sedangkan ekspedisinya ke Suriah juga meraih kesuksesan.
Pengumpulan Teks Al-Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam mempertahankan teks-teks tertulis Al Qur’an.
Dikatakan bahwa setelah mendapat kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang ikut perang, mati syahid dalam pertempuran.
Umar bin Khottob lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an.
Oleh sebuah tim yang diketuai oleh seorang sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan al-Qur’an yang terdapat pada media tulis seperti kulit, tulang, dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar wafat maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak perempuan dari Umar bin Khottob dan juga istri dari Nabi Muhammad saw.
Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan kumpulan al-Qur’ani ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.
Abu Bakar Assidiq Wafat
Pada tanggal 23 Agustus 634 M Abu Bakar meninggal dunia pada usia 61 tahun di Madinah karena sakit yang dideritanya dan Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah ra di samping makam Nabi Muhammad SAW. Di dekat Masjid Nabawi.
Sumber: https://ibnuasmara.com/kisah-abu-bakar-assidiq/
(*)