Temuan Fosil di Situs Semedo Tegal

Manusia Purba Semedo Pembuat dan Pengguna Alat Batu Sangat Khas

Ciri kapak perimbas Semedo dibuat dengan pemangkasan satu sisi (monofasial) pada salah satu bidang dorsal atau ventral

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Sofwan Noerwidi/Balar Yogyakarta
Contoh alat paleolitik kapak genggam temuan dari Situs Semedo berbahan koral kersikan dan gamping kersikan. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tak hanya kaya tinggalan fosil fauna, flora, dan hominid, Situs Purba Semedo juga memunculkan peralatan paleolitik unik. Alat batu ini digunakan manusia purba penghuni daerah ini ratusan ribu tahun lalu. 

Hingga 2014, telah terkumpul tidak kurang 500 artefak berupa alat masif berukuran sebesar genggaman tangan dan lainnya berukuran lebih kecil. 

Jenisnya ada kapak penetak, kapak perimbas, alat serpih, bati inti, dan alat serut. Menariknya alat paleolitik ini ada yang berbahan batu koral kersikan (silicified coral).

Alat batu berbahan koral kersikan ini baru ditemukan di Semedo. Sisanya berbahan batu gamping kersikan Isilicified limestone) maupun batu rijang (chert). 

Empat Temuan Menakjubkan di Situs Purba Semedo Tegal, Salah Satunya Fosil Geraham Kingkong

Keberadaan alat-alat paleolitik batu ini dari hasil penelitian Sofwan Noerwidi dan Siswanto (2014), menguatkan posisi Semedo sebagai titik penting rangkaian situs Plestosen.

Juga menunjukkan posisi penting proses migrasi dan kolonisasi manusia purba di Jawa. Posisi geografis Semedo sangat strategis karena di titik singgungan pegunungan Serayu Utara dan dataran aluvial pantai utara Jawa.

Dataran aluvial ini didominasi endapan vulkanik dari Gunung Slamet. Bagian dasar situs Semedo diperkirakan berumur tersier pada pembentukan masa akhir Pliosen.

Situs Semedo Menyimpan Harta Karun Tegal Masa Purba

Dari penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta hingga 2013, alat masif paleolitik yang ditemukan terdiri 11 kapak perimbas, 8 kapak penetak, 2 kapak genggam, 5 bola batu, dan 3 bola batu berfaset (polyhendral).

Ciri kapak perimbas Semedo dibuat dengan pemangkasan satu sisi (monofasial) pada salah satu bidang dorsal atau ventral.

Tiga jenis fauna Ordo Proboscidea terdiri Elephas, Stegodon dan Mastodon yang pernah hidup selama bergenerasi di Semedo, Tegal.
Tiga jenis fauna Ordo Proboscidea terdiri Elephas, Stegodon dan Mastodon yang pernah hidup selama bergenerasi di Semedo, Tegal. (BPSMP Sangiran)

Ketebalannya beragam mulai 3 hingga 6 cm. Variasi lebar antara 6 hingga 15 cm, dan panjang antara 8 hingga 20 cm. 

Untuk kapak penetak temuan Semedo, terbuat dari batu andesit basaltik dan batu gamping kersikan.

Perbedaan signifikan penetak dan perimbas terletak pada cara pemangkasan kapak penetak yang bifasial pada kedua bidang dorsal dan ventral.

Teknik ini menghasilkan tajaman pada bidang medial yang meruncing dari kedua arah lateral. Lebar kapak ini rata-rata anatara 5,5 cm hingga 10 cm. 

Alat paleolitik penting ketiga di Semedo adalah kapak genggam. Sejauh ini baru ada dua kapak genggam ditemukan. Bahannya batu jenis gneiss dan batu pasir. 

Spesimen Semedo 3417 berupa fosil mandibula (rahang) dan gigi geligi primata besar jenis Gigantopithecus (kingkong) yang ditemukan di Situs Semedo.
Spesimen Semedo 3417 berupa fosil mandibula (rahang) dan gigi geligi primata besar jenis Gigantopithecus (kingkong) yang ditemukan di Situs Semedo. (Balar Yogyakarta)

Batu inti sebagai bahan baku dipangkas kedua sisinya hingga berbentuk elips dengan teknik pemangkasan bifasial sehingga tajam di kedua sisinya. 

Kedua kapak genggam ini memiliki ukuran yang identik. Panjang 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm. Kedua fragmen alat litik ini ditemukan di Petak 28 Rengas.

Alat purba selanjutnya adalah bola-bola batu yang ditemukan di Jurugan, rengas, Kalen Kawi dan Brug Bendung di Semedo.

Kelima bola batu itu berbahan rijang, batu lempung silikaan, andesit basaltik, gamping kersikan dan batu pasir. 

Artefak bola batu diduga batu alami berbentuk bulat yang disebabkan pelapukan membola. Namun kemudian dimanfaatkan manusia purba hingga masuk konteks arkeologi

Diameter bola batu ini antara 7-8 cm dengan berat antara 750 hingga 1.100 gram. Secara morfometri, artefak bola batu ini sejenis dengan temuan di Sangiran dan lokasi lain di Jawa.

Fragmen atap tengkorak Homo Erectus Tipik yang ditemukan di Situs Semedo, Tegal oleh Tim BPSMP Sangiran pada 2011.
Fragmen atap tengkorak Homo Erectus Tipik yang ditemukan di Situs Semedo, Tegal oleh Tim BPSMP Sangiran pada 2011. (Repro BPSMP Sangiran)

Berikutnya yang tak kalah menarik temuan artefak bola batu berfaset. Ada tiga buah bola batu polyhedral Semedo berbahan kuarsit, sedimen silikaan, dan batu pasir.

Meski sepintas sama dengan lima bola batu temuan lain, namun bola batu berfaset punya ciri khas ada jejak pemangkasan intensif di permukaannya.

Bidang faset ini akan terlihat lebih segar dari permukaan batu yang mengalami pembundaran atau pelapukan membundar secara alamiah.

Baca: Menelusuri Lorong Lava Terpanjang di Bawah Tanah Kipuka Kanohina

Bola-bola batu ini seperti di Situs Sangiran, dipercaya menjadi alat penting manusia purba. Sebagai alat berburu binatang, atau alat pemukul untuk memecahkan tulang dan benda-benda keras lain.

Melihat keragaman artefak paleolitik ini, jejak Homo Erectus di Semedo sangat nyata. Perbengkelan paleolitik juga ada jejaknya. 

Karena itu Semedo sama dengan situs Plestosen lain seperti Sangiran (Sragen), Baksoka (Pacitan), Patiayam (Pati), Soa Basin d Flores dan lembah Wallanae di Sulawesi.(Tribunjogja.com/xna)  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved