Temuan Fosil di Situs Semedo Tegal

Situs Semedo Menyimpan Harta Karun Tegal Masa Purba

Temuan-temuan fosil fauna menggambarkan panjangnya rentang kehidupan di Semedo. Juga menunjukkan kompleksitas persebaran fauna besar

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
IST | Alifah/Balar Yogyakarta
Pakar paleoantropologi Dr Harry Widianto (paling kanan) bersama staf peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta berfoto di depan Museum Situs Semedo akan diresmikan pertengahan Desember 2018. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - DAKRI identik dengan Semedo. Sosok sederhana yang gemar mengenakan baret merah itu memang penting dalam proses menjulangnya situs purba di Kabupaten Tegal ini ke pentas dunia. 

Dialah figur yang jadi penggerak penyelamatan fosil flora, fauna, artefak litik, dan bahkan penemu spesimen atap tengkorak hominid yang mencengangkan para ahli prasejarah.

Bersama Dakri, juga eksis sosok-sosok penyelamat fosil Semedo seperti Duman, Sunardi, dan Ansori. Semuanya penduduk Semedo, Kedungbanteng, Tegal. 

Menurut Dr Harry Widianto, pakar paleoantropologi Indonesia, Situs Purba Semedo mencuri perhatian peneliti sejak 2005. Daerah ini menjadi situs purba terkini yang ditemukan.

Empat Temuan Menakjubkan di Situs Purba Semedo Tegal, Salah Satunya Fosil Geraham Kingkong

Letaknya di jajaran pegunungan Serayu Utara, sekitar 15 kilometer sebelah timur Slawi, ibukota Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Hasil penelitian berkesinambungan para ahli paleontologi, arkeologi, geologi, antropologi, menunjukkan Situs Purba Semedo memberikan data faktual evolusi manusia, budaya dan lingkungannya sejak setidaknya 1,5 juta tahun yang lalu. 

Temuan-temuan fosil fauna menggambarkan panjangnya rentang kehidupan di Semedo. Juga menunjukkan kompleksitas persebaran fauna besar, yang jarang ditemukan di bagian lain Jawa. 

Tiga jenis fauna Ordo Proboscidea terdiri Elephas, Stegodon dan Mastodon yang pernah hidup selama bergenerasi di Semedo, Tegal.
Tiga jenis fauna Ordo Proboscidea terdiri Elephas, Stegodon dan Mastodon yang pernah hidup selama bergenerasi di Semedo, Tegal. (BPSMP Sangiran)

Morfologi Semedo saat ini berupa perbukitan bergelombang di wilayah Tegal, dengan luas kawasan kehidupan sekurangnya 3x3 kilometer. 

Temuan spesimen hominid pada 2011 membuka pandangan, homo erectus Jawa mengembangkan jelajahnya hingga ujung barat Jawa Tengah, dari pusat kerajaannya di Sangiran.

Secara fisiografi, daerah Semedo merupakan batas jajaran pegunungan Serayu Utara dan jajaran pegunungan Bogor. Kedua wilayah ini dulunya terpisahkan oleh lautan. 

Gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara mengangkat Semedo, yang setelah Kala Plestosen Bawah (sekitar 1,8 juta tahun), tertutup endapan vulkanik. 

Spesimen Semedo 3417 berupa fosil mandibula (rahang) dan gigi geligi primata besar jenis Gigantopithecus (kingkong) yang ditemukan di Situs Semedo.
Spesimen Semedo 3417 berupa fosil mandibula (rahang) dan gigi geligi primata besar jenis Gigantopithecus (kingkong) yang ditemukan di Situs Semedo. (Balar Yogyakarta)

Kemungkinan bersama Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang, Semedo menjadi batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Plestosen. 

Jateng dan Jabar sebagian berada di bawah permukaan laut sekitar 2,4 juta tahun lalu. Sementara Jawa Barat jadi bagian Pulau Jawa yang sudah muncul di permukaan laut. 

Meski belum banyak temuan fosil purba dari daerah di sebelah barat Semedo itu, Bumiayu sempat mengejutkan. 

Fosil fauna Mastodon (Proboscidea) yang kemudian dikenal dengan nama Sinomastodon Bumiayuensis, ditemukan di tepi sebuah sungai di Bumiayu pada 1932 oleh Van den Maarel.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved