Temuan Fosil di Situs Semedo Tegal
Kingkong dari Tegal, Bukti Eksisnya Primata Raksasa di Jawa Jutaan Tahun Lalu
Apakah masuk golongan manusia atau bukan? Von Koeningswold pernah berpendapat Gigantopithecus ini masuk golongan hominid.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Spesimen Semedo 3417 berupa fragmen mandibula kiri dengan tiga gigi geligi molar. Dianalisis dari kondisinya, individu pemilik spesimen ini mengesankan bekerja keras dengan alat mastifikasinya yang cukup kekar.
Gigi pertama mahkotanya pecah tidak tersisa sedikitpun. Hanya menyisakan dua baris akar gigi, dentine dan root canal yang penampangnya memanjang.
Gigi kedua, hampir utuh, ada jejak karies ringan yang tidak sampai menembus pulp chamber. Gigi ketiga, hampir utuh, juga ada karies ringan.
Untuk spesimen Semedo 3418, agak lebih komplek karena dua buah fragmen corpus mandibula kiri dan kanan terkompresi menjadi satu. Corpus kiri tertutup, yang kanan tidak utuh tingginya.
Kedua fragmen itu masih dilengkapi gigi-gigi molar. Hasil analisis morfometri menunjukkan spesimen kedua ini berasal dari individu yang lebih muda daripada Semedo 3417.
Penelitian selanjutnya fokus pada posisi taksonomi spesimen tersebut. Berdasar hasil analisis klaster, dapat diketahui dua cabang utama populasi Superfamily Hominoid terdiri Hominoid berukuran besar (Gigantopithecus) dan Hominoid berukuran kecil (hominid).
Spesimen Semedo 3417 dan 3418 masuk kategori Gigantopithecus (blacki). Pada klaster Hominoid berukuran kecil terdapat dua cabang besar terdiri Homo Erectus Jawa dan China, serta Australopithecus.
Nah, pertanyaan berikutnya, Gigantopithecus itu letak familinya di mana? Para ahli bersilang pendapat tentang hal ini.
Apakah masuk golongan manusia atau bukan? Von Koeningswold pernah berpendapat Gigantopithecus ini masuk golongan hominid.
Namun ukuran gigi geliginya terlampau besar untuk masuk garis hominid. Karena itu ia mengubah pendapatnya, dan memasukkan Gigantopithecus ke golongan hominoidae, yang berkaitan dengan Ramapithecus dan Sivappitehcus.
Sementara Pilbeam (1970) sebagaimana dikutip di paper Sofwan Noerwidi dakk di jurnal Berkala Arkeologi, memasukkan Gigantophitecus ke kelompok Pongidae (kera besar seperti simpanse, gorila dan orangutan).
Namun Robinson dan Staudel (1973) berdasar analisis pola gigi, meletakkan Gigantopithecus di antara Hominid dan Pongidae.
Spesimen Gigantophitecus Semedo adalah temuan pertama dan satu-satunya di Indonesia sampai saat ini. Bahkan pertama kali di kawasan tropis pada umumnya.
Tiga spesimen Gigantopithecus sebelumnya ditemukan di China selatan dan Vietnam utara (Gigantopithecus blacki), dan Gigantopithecus bilaspurensis dari Pakistan utara.
Rentang waktu kehidupan Gigantopithecus ini antara kala Miosen Akhir hingga Plestosen Tengah. Spesies pertama adalah Gigantopithecus bilaspurensis berumur 7,5 juta tahun.