Tol Bawen Yogyakarta

Jika Pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta Terlaksana, Magelang Siapkan Exit Tol

Pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta dirancang sepanjang 75 km, akan melintasi wilayah Ambarawa, Pringsurat, Mungkid, Magelang dan Sleman.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNjogja.com | Bramasto Adhy
Ilustrasi Jalan Tol 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Penolakan rencana pembangunan proyek jalan Tol Bawen-Yogyakarta oleh DPRD Provinsi Jawa Tengah mendapatkan sorotan dari sejumlah kalangan.

Dewan berpendapat pemerintah untuk agar fokus mengoptimalkan pembangunan berbasis transportasi massal di jalur itu, ketimbang membangun jalan tol.

Untuk diketahui, rencana awal Pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta dirancang sepanjang 75 km, akan melintasi wilayah Ambarawa, Pringsurat, Mungkid, Magelang dan Sleman.

Proyek pembangunan jalan itu bagian dari menghubungan segitiga emas Yogyakarta, Solo dan Semarang (joglosemar), sehingga dibangunlah proyek Tol Solo-Jogja, Semarang-
Yogyakarta.

Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito, menyayangkan keputusan DPRD Provinsi Jawa Tengah yang menolak rencana pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta.

Menurutnya, pembangunan jalan tol yang menghubungkann daerah-daerah dari mulai Bawen hingga Yogyakarta tersebut penting dilakukan. Pasalnya dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah, termasuk sektor pariwisata.

"Sayang sekali jika batal dilaksanakan rencana pembangunan tol ini. Pasalnya banyak manfaat yang akan didapatkan, bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi, bisa mendukung
pariwisata juga," ujar Sigit, Kamis (18/10/2018).

Sejauh ini, pihaknya mendukung rencana pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta tersebut, Bahkan pihaknya sudah menyiapkan lahan untuk pembangunan jalan keluar (exit)
tol di sekitar Jalan Soekarno-Hatta Magelang.

"Kami mendukung, bahkan sudah menyiapkan lahan di sekitaran Terminal Tidar Jalan Soekarno-Hatta. Tadinya di area persimpangan Canguk, tapi perkiraan memakan dana yang
lebih besar, sehingga agak digeser dekat terminal,” katanya.

Menurut Sigit, Jawa Tengah saat ini termasuk tertinggal dibanding provinsi tetangga, karena infrastruktur yang belum memadai, seperti jalan tol dan bandar udara.

Jembatan Klodran yang berfungsi sebagai simpang susun atau interchange dengan struktur cable stayed di ruas tol Solo-Kertosono
Jembatan Klodran yang berfungsi sebagai simpang susun atau interchange dengan struktur cable stayed di ruas tol Solo-Kertosono (RODERICK A MOZES/Kompas.com)

Baca: Upah Minimum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Rendah, Idealnya Rp2,5 Juta

Baca: Tarik Ulur Proyek Jalan Tol Bawen-Yogyakarta, Ganjar Pranowo Lapor Penolakan ke Pemerintah Pusat

Oleh karena itu, rencana pembangunan tol tersebut merupakan keputusan yang visioner dengan efek jangka panjang. Kemudahan akses dan transportasi dapat dirasakan oleh
masyarakat setelah tol tersebut dibangun.

"Kita sangat memerlukan infrastruktur ini, bahkan kalau perlu dapat dibangun jalan tol dari Semarang ke Banyumas/Purwokerto dan sampai ke Cilacap. Karena dengan
kondisi jalan saat ini, terlalu lama untuk menjangkau satu daerah ke daerah lain,"kata Sigit.

Sigit juga menilai pembangunan jalan tol Bawen-Jogja akan lebih mudah dan murah dibanding tol Semarang-Salatiga-Solo yang sudah terbangun saat ini. Pasalnya, lahan
yang ada tak lebih ekstrim dibanding tol lain.

“Dari kontur tanah, tol Semarang-Solo jauh lebih ekstrim, tapi nyatanya bisa dibangun. Rencana tol Bawen-Jogja yang kontur tanahnya tidak ekstrim kenapa tidak bisa,”
katanya.

Sigit juga mengingatkan, di Magelang terdapat Candi Borobudur yang menjadi destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah dan Indonesia. Ada juga dataran tinggi Dieng di
Wonosobo. Pembangunan tol ini dinilai dapat mendukung.

DPRD Jawa Tengah Ajak Pemprov Bahas Ulang

Dikutip tribunjogja.com dari kompas.com, Kalangan DPRD Jawa Tengah mengajak pemerintah Provinsi untuk membahas lebih detail soal rencana pembangunan jalan tol Bawen-
Yogya. Kajian lebih mendalam diperlukan untuk menyamakan persepsi antara legislatif dan eksekutif.

“Kami mengajak eksekutif untuk secara bersama-sama mengkaji lebih mendalam terkait proyek Tol Bawen–Yogya agar punya persepsi dan visi yang sama,” ucap Ketua DPRD Jawa
Tengah Rukma Setiabudi, Kamis (18/10/2018) dalam keterangan tertulisnya.

Rukma menjelaskan, dialog lebih mendalam diperlukan sebagai dasar pertimbangan kebijakan pemerintah sesuai dengan harapan masyarakat.

Namun ia mengingatkan, agar kajian bersama-sama yang dilakukan harus transparan dan akuntabel. Tol Bawen Yogyakarta sendiri masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN).

Meski masuk PSN, proyek yang menyambungkan Jawa Tengah dan DIY belum disetujui untuk dimasukkan ke dalam revisi Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Tengah.

Panitia Khusus revisi RTRW DPRD Jawa Tengah tidak memasukkan proyek itu karena belum disertai dengan landasan yang cukup kuat. Pansus tidak memasukkan proyek itu
karena masukan yang diterima dinilai tidak cukup untuk dijadikan pertimbangan keputusan.

Kondisi jalan tol Bawen-Salatiga saat pembangunan 2016 lalu. Jalan tol yang menghubungkan Semarang menuju Yogyakarta saat ini baru sampai Bawen.
Kondisi jalan tol Bawen-Salatiga saat pembangunan 2016 lalu. Jalan tol yang menghubungkan Semarang menuju Yogyakarta saat ini baru sampai Bawen. (Kompas.com)

“Akibatnya, proyek belum dicantumkan dalam (revisi) Raperda RTRW yang ditetapkan, karena input belum memadai, masukan yang diterima belum mencukupi, serta asas kerja
legislatif yang harus mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent),” tambahnya.

Rukma menegaskan, dewan mengambil langkah berhati-hati dalam menghadapi proyek itu. Pihaknya tidak melakukan persetujuan dan menetapkan Perda jika apa yang diputuskan
menyangkut hajat hidup orang banyak.

Kendati demikian, kalangan dewan sadar bahwa pembangunan infrastuktur di Jateng, terutama jalan tol masih sangat kurang jika dibanding Jawa Timur dan Jawa Barat. Oleh
karena itu, pihaknya mengajak eksekutif untuk duduk bersama membincang persoalan ini.

“Saya mengajak semua pihak melihat permasalahan yang ada dalam konteks yang lebih besar dan cara pandang yang lebih luas, termasuk masalah proyek tol Bawen-Yogya,”
pungkasnya.

Pemerintah DIY

Gubernur DI Yogyakarta, Sultan HB X didampingi Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti meninjau kawasan pedestrian Titik Nol KM, Yogyakarta, Senin (27/11/2017).
Gubernur DI Yogyakarta, Sultan HB X didampingi Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti meninjau kawasan pedestrian Titik Nol KM, Yogyakarta, Senin (27/11/2017). (TRIBUNJOGJA | Bramasto Adhy)

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dibeberapa kesempatan mengatakan memang ada rencana pemerintah pusat soal proyek Tol Solo-Yogyakarta dan rencana Tol
Semarang-Yogyakarta.

Menurut Sultan, rencananya akan dibangun mulai dari daerah Bawen lalu tembus ke Secang di daerah Magelang sampai Yogyakarta melewati sisi utara daerah sekitar Demak
Ijo melewati ringroad utara sisi barat dan melewati Selokan Mataram daerah Sleman.

Hanya saja, menurut Sultan, jalur yang masuk Yogyakarta diwujudkan dengan pembangunan outer ringroad yang melintasi beberapa wilayah terluar DIY.

Baca: Tol Bawen Yogyakarta yang Masuk Wilayah DIY: 10,7 Km dan Melayang

Baca: Soal Tol Bawen Yogyakarta, Pemda DIY Minta Dilibatkan Dalam Sosialisasi

Seperti daerah Tempel-Prambanan lalu ke selatan sampai ke barat di Sentolo arah utara tembus Muntilan yang dibangun empat jalur.

Sultan tak menyebut secara detail titik-titik mana saja yang akan dilewati jalur outer ringroad tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved