Masyarakat Jawa Menganggap 'Sakral' Bulan Suro, Ternyata Bukan karena Mistik

Malam satu suro adalah malam yang menandai pergantian tahun baru Islam dan dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi mereka.

Editor: iwanoganapriansyah
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Jamasan Kereta Nyai Jimat, Selasa (23/10/2015) di Museum Kareta Keraton Ngayogyakarta Rotowijayan 

TRIBUNJOGJA.COM - Bagi mayarakat Jawa khususnya, pasti sudah tidak asing dengan istilah malam satu suro. Sebuah malam yang menandai pergantian tahun baru Islam dan dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi mereka.

Perayaan ini adalah ritual yang dirayakan setahun sekali oleh masyarakat Jawa, dan setiap daerah memiliki caranya masing-masing. Tradisi semacam ini paling kental dirayakan oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.

Misalnya di keraton Yogyakarta ada arak-arakan dengan membawa tumpeng mengelilingi keraton.

Sedangkan di keraton Surakarta yang melakukan arak-arakan dengan kebo bule, hewan sakral yang konon merupakan jelmaan Kyai Slamet.

Perluas Ajaran Islam

Melihat dari sejarah dan asal-usulnya, sebenarnya tradisi ini bermula saat zaman Sultan Agung berinisiatif memperluas ajaran Islam.

Sekitar tahun 1613 hingga 1645, saat itu masyarakat Jawa lebih mengikuti penanggalan tahun Saka yang diwarisi tradisi Hindu.

Lalu untuk memadukan pemahaman masyarakat dan ajaran Islam, dipilihlah malam 1 Muharram sebagai Tahun Baru Jawa.

Untuk itulah mengapa setiap malam 1 Suro selalu dirayakan dengan meriah oleh mayarakat Jawa.

Kirab malam 1 Suro di Keraton Surakarta
Kirab malam 1 Suro di Keraton Surakarta ()

Mistik dan Sakral

Namun, lebih dari itu, pada malam dan Bulan Suro juga kental dengan nuansa mistik dan dianggap sakral, sehingga banyak pantangan yang dilarang dilakukan masyarakat Jawa.

Salah satunya yang paling terkenal adalah larangan menikah bagi masyarakat Jawa, karena banyak mitos muncul akan terjadi kesialan bagi yang nekat melanggarnya.

Bukan alasan mutlak jika hal ini lantas dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Konon menurut kepercayaan dalam sejarah, radisi Malam 1 Suro ini menitikberatkan pada ketentraman dan keselamatan batin.

Untuk itulah pada malam satu suro, biasanya selalu diselingi dengan ritual dan pembacaan doa dari semua umat yang hadir.

Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan berkah dari pergantian tahun dan menangkal datangnya marabahaya.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved