Gunungkidul

Petani Tembakau di Desa Wareng Gunungkidul Keluhkan Kualitas Panen yang Menurun

Petani tembakau di Desa Wareng, Wonosari keluhkan turunnya kualitas tembakau saat panen.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
tribunjogja/anasapriyadi
Ilustrasi: Lahan pertanian tembakau di Nawungan, Selopamioro, Imogiri yang memanfaatkan irigasi sumur dalam. 

Laporan Calon Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Petani tembakau di Desa Wareng, Wonosari keluhkan turunnya kualitas tembakau saat panen.

Hal tersebut disinyalir karena kekurangan air.

Hal tersebut diungkapkan oleh satu diantara petani tembakau, Tayem (42), dari total luas 250 meter persegi miliknya jauh dari kualitas standar.

"Tanah sudah mulai mengering, karena tidak kunjung turun hujan sejak beberapa bulan terakhir," katanya, Senin (27/8/2018).

Baca: Harga Tembakau Tak Pasti, Petani Tembakau di Sleman Banyak Beralih Tanam Jagung

Ia mengatakan musim kemarau pada tahun ini lebih lama dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Tahun lalu tanah masih cenderung agak basah, sehingga pas jika ditanami tembakau sedangkan untuk tahun ini benar-benar kering," katanya.

Ia menjelaskan mengenai tembakau yang baik dan tidak, tembakau dinyatakan baik jika ukuran daun sama sementara untuk tahun ini lebar daun tembakau berbeda ukuran.

"Daun bagian atasnya lebih kecil dibandingkan dengan bagian bawahnya, itu tanda jika kualitas daun tembakau tidak baik," katanya.

Namun dirinya masih beruntung lantaran tanaman tembakaunya masih bisa dipanen walaupun dalam kualitas yang di bawah standar.

Baca: Luas Tanam Tembakau di Sleman Alami Penyusutan Drastis

"Saya punya sumur sendiri untuk mengairi lahan, sementara ada beberapa petani yang gagal panen karena telat mendapatkan pasokan air," katanya.

Ia berharap pengelolaan yang berada di Desa Wareng bisa dioptimalkan untuk membantu para petani.

"Kalau sampe membeli air harganya mencapai ratusan ribu, kami bisa merugi," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Desa Wareng, Bambang Sukoco membenarkan hal tersebut bahwa didaerahnya krisis air untuk area pertanian akibatnya kualitas tembakau menurun.

"Iya hasilnya kurang baik karena terlalu panas, hasilnya kecil-kecil," katanya.

Ia mengatakan pihaknya telah mengoptimalkan sumur bor dan embung wareng dalam mengoptimalkan sumber air.

"Kami berencana bekerjasama dengan pihak provinsi, untuk membuat teknologi pengairan sehingga masalah seperti ini tidak ditemukan lagi, kami akan memper cepat proyek ini untuk kesejahteraan para petani," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved