EKSKLUSIF THE LOST GANESHA

Menilik Bekas-bekas Kampung Gepolo Prambanan, Lokasi Temuan 'The Lost Ganesha' Raksasa

Rumah-rumahnya beratap rumbia atau alang-alang, lantai tanah, kerangka kayu, dan berdinding anyaman bilah bambu

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Patung Rsi Agastya yang oleh penduduk lokal disebut reco Gupolo. Arca salah satu ikon Siwaisme itu jadi ikon lokasi bekas Kampung Gepolo yang kini juga disebut Situs Gupolo di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman 

TRIBUNJOGJA.COM - Mungkin tak banyak yang tahu di mana letak bekas Kampung Gepolo yang ditinggalkan penduduknya pada 1955.

Di kampung inilah pernah berdiri megah arca Ganesha raksasa, yang kemudian terjungkal ke jurang di selatan permukiman. Jejak bencana itu masih terlihat. 

Anda pernah ke situs kuno Gupolo di Dusun Gunungsari, Sambirejo, Prambanan?

Jika belum, situs ini terletak tak jauh di jalur menuju ke Tebing Breksi dan Candi Ijo, dua destinasi wisata cukup populer belakangan ini.

Baca: Kisah di Balik Penemuan The Lost Ganesha dan Lenyapnya Kampung Gepolo di Prambanan

Baca: The Lost Ganesha Terjungkal saat Longsor Tahun 1955

Baca: Lihat Ukurannya! The Lost Ganesha Ditemukan Terjungkal ke Lereng Tebing di Prambanan

Dari jalan raya Prambanan-Piyungan, setelah belok menuju arah Tebing Breksi, nanti akan ada Balai Desa Sambirejo di kanan jalan.

Letak balai desa ini ada di tanjakan pertama sesudah masuk jalan beton. 

Dari balai desa ini naik sekitar 500 meter pas di tanjakan belok kanan masuk Dusun Gunungsari.

Sekitar 300 meter, nanti ada kandang ternak ayam dan penggergajian batu alam.

Dari titik ini situs Gupolo ada di sebelah kiri jalan. 

Jejak longsor dan tanah bergerak di bekas Kampung Gepolo, Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, DIY
Jejak longsor dan tanah bergerak di bekas Kampung Gepolo, Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, DIY (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Harus jalan kaki menuju komplek arca-arca berukuran cukup besar yang ada di tengah rerimbunan rumpun bambu dan jati.

Arca Rsi Agastya, figur pendeta yang dipercaya sebagai pembawa ajaran Hindu Siwa dari India ke Nusantara, berdiri paling menyolok. 

Sosok inilah yang oleh warga setempat dijuluki Gupolo. Komplek kuno ini  pun lebih dikenal dengan nama Situs Gupolo.

Nah, di belakang komplek arca yang sudah dipagar besi inilah memanjang ke timur dulunya Kampung Gepolo berada. 

Patung Rsi Agastya yang oleh penduduk lokal disebut reco Gupolo. Arca salah satu ikon Siwaisme itu jadi ikon lokasi bekas Kampung Gepolo yang kini juga disebut Situs Gupolo di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman
Patung Rsi Agastya yang oleh penduduk lokal disebut reco Gupolo. Arca salah satu ikon Siwaisme itu jadi ikon lokasi bekas Kampung Gepolo yang kini juga disebut Situs Gupolo di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Jumlah penduduknya lebih kurang 20 Kepala Keluarga, dengan tingkat kehidupan sangat sederhana.

Rumah-rumahnya beratap rumbia atau alang-alang, lantai tanah, kerangka kayu, dan berdinding anyaman bilah bambu.

Saat ini di selatan situs arca Agastya yang berpagar, terdapat sumur dan kamar mandi. Sumur itu berair jernih dan melimpah tak pernah kering di musim kemarau.

Menurut Ngatijo, pamong desa Sambirejo, sumur itu sudah cukup lama. 

Ia tak ingat lagi sejak kapan sumur itu ada atau dibuat.

"Nah, di selatan sumur itulah memanjang ke barat hingga timur batas area tanah bergerak. Lapisan tanah cukup tebal di area itu merosot ke selatan ke arah tebing," kata Ngatijo. 

Baca: Komunitas Bebersih di Lokasi The Lost Ganesha Sambirejo

Baca: Penuturan Saksi Hidup Terjungkalnya Arca Ganesha ke Jurang Setengah Abad Lalu

Sebelah barat, selatan dan timur arca besar itu dulunya menurut Ngatijo berdiri rumah-rumah penduduk.

Entah sejak kapan warga menghuni perkampungan itu, namun menurut Wakijo, penduduk RT 6 Gunungsari, Kampung Gepolo itu subur dan berlimpah air. 

 "Beliknya (mata air) banyak. Lebih dari tiga saat saya kanak-kanak dulu. Ada yang di sebelah utara arca Gupolo itu, tapi sudah mati tertimbun longsor," kata Wakijo yang saat bencana terjadi berusia 4 tahun. 

Menelusuri kembali petaka mengerikan tanah bergerak di Kampung Gepolo, masih cukup jelas terlihat jejak-jejaknya.

Sekitar 20 meter di selatan sumur Situs Agastya, berbatas rumpun bambu di kiri kanannya, kontur tanah dari dataran tiba-tiba jadi curam atau cekung (ledokan).

Lokasi bekas longsoran besar yang meninggalkan jejak boulder atau batu-batu besar dari ukuran meja sampai mobil
Lokasi bekas longsoran besar yang meninggalkan jejak boulder atau batu-batu besar dari ukuran meja sampai mobil (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Begitu seterusnya ke arah selatan hingga bibir tebing (bambing). Kontur tanah semakin curam dengan kemiringan cukup ekstrem.

Meski demikian sesudah peristiwa 1955, terlihat ada aktifitas penduduk dengan membuat terasering.

Bahkan di tengah-tengah lerengan terlihat ada sisa-sisa tembok atau semacam pagar.

"Oh, itu dulunya warga bikin bak penampungan air. Tapi sumur belik di sebelah utaranya malah runtuh dan kering," jelas Wakijo. 

"Dibangun jauh sesudah peristiwa tahun 1955," imbuhnya.

"Kalau bekas perkampungan ya sudah tak ada blas, karena material bangunan dulu kan hanya kayu dan atap alang-alang," lanjut Wakijo yang rumahnya kini bersebelahan dengan penggergajian batu alam di pintu masuk Situs Gupolo. 

Sementara jejak yang bisa menunjukkan titik asal arca Ganesha raksasa yang terjungkal ke jurang tidak mudah diidentifikasi.

Arca Ganesha raksasa yang ditemukan di Sambirejo, Prambanan pada Rabu(15/8/2018) kemarin.
Arca Ganesha raksasa yang ditemukan di Sambirejo, Prambanan pada Rabu(15/8/2018) kemarin. (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Petunjuk sangat minim, kecuali keterangan pendek dari sisa ingatan saksi mata Ngatijo, Adi Sumarto dan Wakijo yang saat itu masih kanak-kanak. 

"Seingat saya, arca besar itu dulunya terletak di atas belik. Karena numpang di atas belik, maka warga menyebutnya Watu Lumpang," kata Ngatijo. Belik itu menurutnya ada di dekat tebing. Di selatan sumur Situs Gupolo, dulu ada dua belik. 

Belik pertama sudah mati, dan yang kedua ada di dekat tebing.

Di lokasi yang disebut Ngatijo, saat ini memang masih ada mata air kecil, atau rembesan air dari sela-sela blok batu, dan dibuat kolam penampungan di sisi bawah kanan. 

Jejak tanah bergerak yang menyebabkan Kampung Gepolo ditinggalkan penduduknya 63 tahun lalu juga terlihat di sepanjang sisi timur kawasan tegal dan kebun yang kini merindang rumpun bambu dan aneka tanaman keras lainnya. 

Menurut Dwi Santosa, warga RT 3 Dusun Gunungsari, di sebelah utara pagar Situs Gupolo, terdapat dinding atau tebing batuan yang memanjang ke timur hingga puncak perbukitan Sambirejo hingga lereng selatan Candi Ijo.

"Dinding itu memanjang ke timur adalah batas blok batuan atas dan lahan di bawahnya yang dulu dihuni penduduk serta jadi ladang pertanian subur.

"Lapisan tanahnya di sana sangat tebal, baru di bawahnya pelataran blok batu abu-abu seperti di sini," kata Dwi Santoso.

Arca Ganesha ini ditemukan saat anggota komunitas Kandang Kebo
Arca Ganesha ini ditemukan saat anggota komunitas Kandang Kebo "blusukan" ke situs Gupolo di Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

"Tapi kemudian tanahnya gerak, mungkin jenuh atau karena kurang padat tanaman kerasnya," lanjut putra pemilih lahan di lokasi jatuhnya arca Ganesha.

Muji (66), warga RT 3 Gunungsari sepanjang Minggu (19/8/2018) mengajak menelusuri jejak bekas Kampung Gepolo di sebelah timur. Bekas bencana dahsyat itu masih terlihat jelas.

Batu-batu besar (boulder) dari ukuran drum hingga mobil menyebar di berbagai lokasi. Tumpukan material juga mengindikasikan bekas longsoran dalam volume sangat besar.

"Bambing (tebing) itu dulu tak securam ini," katanya menunjuk tebing tinggi di wilayah timur Dusun Gunungsari sekarang.

"Ambrol dan meluncur ke arah ini," lanjutnya.

Belasan anggota Kandhang Kebo, komunitas pecinta sejarah dan warisan budaya, membersihkan lokasi penemuan The Lost Ganesha di jurang Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Minggu(19/8/2018).
Belasan anggota Kandhang Kebo, komunitas pecinta sejarah dan warisan budaya, membersihkan lokasi penemuan The Lost Ganesha di jurang Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Minggu(19/8/2018). (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Seingat Muji, yang ikut bedol desa bersama orangtuanya dari Kampung Gepolo, ada sekitar 30 rumah yang tadinya berdiri di kampung yang ditinggalkan penghuninya.

"Semua pergi cari selamat. Ternak ada yang ditinggalkan begitu saja karena waktu itu sudah tergulung tanah lumpur," kata Muji, yang almarhum ayahnya adalah pemilik lahan di lokasi arca Ganesha raksasa saat ini tertancap di lereng jurang.(Setya Krisna Sumarga) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved