Bisakah HIV Menular Lewat Ciuman Bibir? Simak Penjelasannya

Secara umum, HIV bisa menular lewat perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik. Hanya cairan tubuh tertentu saja yang bisa membawa virus ini

Editor: Mona Kriesdinar
IST
Luka pada mulut 

TRIBUNJOGJA.com - Belum ditemukan kasus penularan HIV melalui air ludah, setidaknya cara penularan ini masih terbilang sangat rendah. Meski demikian, seks oral yang dilakukan dalam kondisi adanya luka di mulut, tetap harus diwaspadai.

Secara umum, HIV bisa menular lewat perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik. Hanya cairan tubuh tertentu saja yang bisa membawa virus ini, antara lain darah, air mani, cairan sebelum orgasme, cairan dubur, cairan vagina, dan ASI dari orang yang positif HIV.

Baca: Dokter Boyke: Pengidap HIV/AIDS di Indonesia Sudah Mengkhawatirkan

Untuk bisa menular, maka cairan tersebut harus bersentuhan dengan membran mukosa atau jaringan yang rusak, atau langsung disuntikan ke dalam aliran darah.

Bagaimana resikonya dalam aktivitas seks oral?

Sebagaimana dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDCP.org), seks oral terbagi atas tiga jenis, yakni yang menggunakan mulut untuk merangsang alat vital laki-laki, atau yang dilakukan oleh laki-laki untuk merangsang alat vital perempuan, maupun dengan seks oral pada anus.

Kemungkinan orang dengan HIV-negatif terkena HIV dari hubungan seks oral dengan pasangan HIV-positif sangat rendah. Namun, sulit untuk mengetahui risiko pasti karena banyak orang yang melakukan seks oral ternyata melakukan seks anal atau vaginal.

Jenis seks oral yang mungkin paling berisiko adalah jenis fellatio. Tapi ini pun risikonya masih sangat rendah, dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan seks anal atau vaginal.

Meskipun risiko penularan HIV melalui seks oral rendah, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko tersebut, semisal karena ada luka di mulut atau vagina atau pada penis, gusi berdarah, kontak oral dengan darah menstruasi, dan adanya penyakit menular seksual lainnya (PMS ).

Baca: Indonesia Kalahkah Thailand untuk Pengidap HIV/AIDS. Dokter Boyke: HIV/AIDS Ancaman Serius Indonesia

Risiko Infeksi Lain

PMS lain, seperti sifilis, herpes, gonore dan klamidia, dapat ditularkan melalui oral seks. Anilingus juga bisa menularkan hepatitis A dan B, parasit usus seperti Giardia, dan bakteri seperti E. coli.

Mengurangi Resiko

Seseorang dapat mengurangi lebih rendah risiko penularan HIV dari seks oral dengan menjaga pasangan pria mereka dari ejakulasi di mulut mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan mengeluarkan mulut dari penis sebelum ejakulasi, atau dengan menggunakan kondom.

Baca: Kenali Ini Faktor Risiko Penularan HIV

Menggunakan penghalang seperti kondom selama seks oral dapat mengurangi risiko penularan HIV, PMS, dan hepatitis lainnya.

Risiko penularan HIV melalui seks oral ini bahkan lebih rendah lagi jika pasangan HIV-negatif minum obat untuk mencegah HIV (profilaksis pra pajanan atau PrPP) atau pasangan HIV-positif minum obat untuk mengobati HIV (terapi antiretroviral atau ART) dan ditekan secara viralnya.

Bisakah tertular HIV lewat ciuman?

Sementara itu, Dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, dalam acara pengumuman hasil survei global mengenai perilaku seksual yang diadakan Durex di Jakarta, pada November 2011 lalu, memaparkan bahwa penularan HIV lewat oral seks bisa terjadi jika pelakunya sedang menderita sariawan atau sedang mengalami jenis luka lainnya. Maka penyeberan virus dimungkinkan bisa terjadi. Meski risikonya sendiri hanya 5 persen saja.

Baca: Ini Beberapa Tanda Seseorang Terinfeksi HIV

Selain kontak mulut dengan alat kelamin, ciuman mulut pun berisiko menularkan penyakit jika ada lesi di sekitar mulut sampai kerongkongan.

"Terlebih lagi kalau jenis ciumannya dalam, seperti french kiss," imbuhnya sebagaimana dilansir kompas.com.

Apabila mulut berada dalam kondisi bersih dan sehat, maka cairan sperma atau ludah yang tertelan tidak bisa menularkan HIV/AIDS. "Virusnya akan mati oleh asam lambung," paparnya.

Hubungan seksual, baik melalui anal, oral, maupun genital, yang dilakukan tanpa menggunakan kondom dengan orang yang kemungkinan terinfeksi HIV berpotensi tinggi menularkan HIV/AIDS. Dalam hal ini, menurut Boyke, risiko penularannya sekitar 70 hingga 80 persen.

Adapun jarum suntik memiliki risiko penularan 10 hingga 20 persen, dan sisanya adalah penularan dari ibu kepada janinnya.
"Karena risikonya paling kecil, ibu yang mengidap HIV/AIDS masih bisa minum obat atau diinseminasi sehingga anaknya tidak tertular," tutup dr Boyke. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved