Bantul

Pelecehan Seksual Hingga KDRT Dominasi Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan di Bantul

Setiap kasus kekerasan yang masuk aduan, dijelaskan Silvy, pihaknya komitmen untuk selalu menanganinya dengan serius dan tuntas.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Net
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sejumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul, tercatat didominasi oleh kasus pelecehan seksual hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Rata-rata kasus kekerasan yang diadukan ke kita, didominasi oleh pelecehan seksual anak, pencabulan, perkosaan, kehamilan yang tidak diinginkan hingga kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)," terang Kepala UPTD pusat pelayan terpadu korban kekerasan perempuan dan anak Bantul, Silvy Kusumaningtyas, belum lama ini.

Silvy memaparkan, sepanjang tahun 2017 pihaknya mencatat kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak di kabupaten Bantul ada 163 kasus.

Baca: Hingga Juli, Tercatat Puluhan Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan di Bantul

Sementara untuk tahun ini, hingga periode Juli 2018, laporan yang sudah masuk ke pengaduan, ada sekira 53 kasus.

"Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir tahun nanti," jelas dia.

Setiap kasus kekerasan yang masuk aduan, dijelaskan Silvy, pihaknya komitmen untuk selalu menanganinya dengan serius dan tuntas.

"Kalau kasus itu pelecehan seksual anak, perkosaan, tidak ada kata maaf bagi pelaku. Kita jerat hukum. Kita tindak lanjuti langsung ke Polres," tegasnya.

Sementara untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga, Silvy mengaku kebanyakan perempuan korban kekerasan akan memintanya untuk bercerai.

Baca: Adanya Bandara Baru Tingkatkan Risiko Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Kendati demikian, pihaknya selalu berusaha untuk melakukan mediasi. Supaya hubungan rumah tangga bisa diselamatkan.

"Korban KDRT ini kan gugatannya minta cerai. Endingnya kita mediasi. Dalam proses penanganan kekerasan terhadap perempuan, jangan sampai pisah," terangnya.

Bukan tanpa tindakan. Berbagai upaya pencegahan untuk mengantisipasi timbulnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, diakui Silvy terus digencarkan.

Program antisipasi, meliputi kerjasama bersama Dinas Sosial Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melakukan upaya pencegahan.

"Kita buat acara workshop, kegiatan forum anak. Dalam kegiatan forum anak ini kita mensosialisasikan tentang bahaya seks dini, supaya mereka mengerti dan menularkan pemahaman ini ke teman-temannya yang lain," tuturnya.

Baca: Kekerasan Oknum Guru di Banyumas, Begini Kronologi LS Menampar Sejumlah Siswanya

Selain pencegahan, Silvy juga melakukan upaya pelayanan dan pemberdayaan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved