Travel
Desa Piyaman, Kampungnya Bakmi Jawa di Gunungkidul
Ada satu desa di Gunungkidul yang terkenal dengan kuliner bakmi jawanya, yaitu desa Piyaman, hingga dijuluki Kampung Bakmi Jawa
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Muhammad Fatoni
"Tetapi yang menjadi anggota paguyuban hanya 40 orang karena sulit untuk mengumpulkan ratusan penjual bakmi jawa," tuturnya.
Baca: 8 Pantai Eksotik di Kecamatan Panggang Gunungkidul untuk Inspirasi Liburan Akhir Pekan Ini
Warga Padukuhan Kemorosari II Piyaman ini menyebutkan, banyaknya pedagang bakmi Jawa di desa ini karena adanya pola usaha turun temurun dari generasi terdahulu ke generasi saat ini.
Apabila ada satu keluarga yang memiliki wirausaha menjual bakmi, maka suatu saat nanti akan dilanjutkan oleh anaknya.
Bahkan terkadang tidak hanya diteruskan oleh salah satu anaknya saja.
"Belajar otodidak dari ayah saya saat itu tahun 1967, saya sudah membantu ayah saya berjualan sejak remaja di Yogyakarta tepatnya di Kuncen. Tetapi setelah menikah pada tahun 1981 saya pindah berjualan dari Yogyakarta ke Wonosari," katanya.
Ia mengaku dalam sehari mampu meraih omzet hingga Rp4 rupiah dalam satu malam.
Bahkan, bila masa liburan, omzet tersebut bisa mencapai Rp6 juta.
"Ramai saat malam minggu atau musim liburan seperti libur lebaran kemarin omzet hingga Rp 6 juta dalam satu malam," tuturnya.
Ia mengatakan dalam berjualan dirinya tidak ada resep khusus hanya kejujuran yang ia pengang teguh dan tidak aji mumpung saat musim liburan datang.
Baca: Keindahan Di Balik Tebing, Pantai Wohkudu Jadi Lokasi Favorit untuk Berkemah
"Harga saat liburan dan hari biasa tetap tidak berubah satu porsinya Rp13 ribu. Banyak pedagang nakal yang menaikkan harga saat liburan bahkan ada juga yang memberikan harga berdasarkan kendaraan yang digunakan pelanggan. Misalkan jika pelanggan menggunakan mobil harganya ditinggikan,"bebernya.
Tidak hanya menjual bakmi jawa saja tetapi Pur juga menerima pesanan gerobak untuk menjual bakmi jawa yang ia patok harganya sebesar Rp4 juta satu gerobaknya.
Ia dibantu sang adik dalam pembuatan gerobak bakmi jawa.
Sementara itu kepala desa Piyaman, Tugino, mengatakan memang desanya terkenal dengan bakmi jawanya hingga membuatnya tergerak untuk menjadikan bakmi jawa sebagai ikon Badan Usaha Milik Desa (BUMdes).
Ia berharap dengan adanya BUMdes tidak hanya pedagang bakmi jawa saja yang untung tetapi juga pedagang bahan baku untuk bakmi jawa dapat menikmati keuntungan.
Dengan dibentuknya BUMdes maka penjual bakmi jawa tidak membeli bahan baku olahan bakmi di tempat lain tetapi membeli bahan baku tetap dari petani Desa Piyaman.
"Dengan itu ekonomi desa dapat berkembang tidak hanya penjual bakmi jawa saja yang untung tetapi juga petani yang ada disekitaran desa Piyaman juga dapat menikmati keuntungannya," terangnya.(TRIBUNJOGJA.COM)