Bantul
Sosok Ini Rela Korbankan Tenaga untuk Bantu Wisatawan yang Kesulitan Menembus Tanjakan Bantul
Bukan hal yang luar biasa ketika dirinya bersama dengan sejumlah relawan lainnya mendorong dan mengganjal mobil yang tak kuat menanjak.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
TRIIBUNJOGJA.COM - Relawan dan juga aparat TNI-Polri yang bertugas di kawasan tikungan dan tanjakan tajam Cino Mati, Wonolelo, Pleret, benar-benar bekerja untuk kemanusiaan.
Betapa tidak, tugas mereka yang tanpa pamrih untuk mendorong dan menolong pengemudi yang tak bisa lolos di tanjakan “maut” mengorbankan waktu berkumpul untuk keluarga dan juga sanak saudara.
Padahal, rIsiko keselamatan pun menjadi taruhannya.
TANGAN Muhammad Adib kepanasan usai memperbaiki filter bensin mobil sedan Timor berwarna hijau tosca yang sempat mogok di tanjakan Cino Mati, Senin (18/6/2018) siang.
Pria berkacamata itu sempat kelelahan setelah mendorong dan mengganjal mobil yang tak kuat menanjak itu berulang kali.
Sejumlah penumpang di mobil yang tak kuat menanjak biasanya langsung turun dan berjalan menaiki tanjakan.
Hal ini agar mobil yang dikendarai tak terbebani muatan sehingga lebih kuat menaklukkan tanjakan terjal.
Bagi Adib, bukan hal yang luar biasa ketika dirinya bersama dengan sejumlah relawan lainnya mendorong dan mengganjal mobil yang tak kuat menanjak.
Bantuan untuk mendorong kendaraan roda dua dan roda empat itu sudah menjadi caranya untuk beribadah dan menolong sesama.
“Kalau dipikir-pikir pekerjaan menjadi relawan itu kurang waras, sudah waktunya habis untuk keluarga, tidak bisa kumpul, dan tidak terima bayaran pula. Tapi, ini kemanusiaan,” ujar Adib kepada Tribunjogja.com.
Sejak tahun 2014, Adib sudah memantapkan diri untuk terjun membantu temannya yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Wonolelo, Pleret.
Mereka selalu menjadi relawan baik dalam bencana alam, maupun pengurangan risiko kecelakaan di tanjakan terjal Cino Mati.
Risiko menjadi relawan yang cukup berat pun harus ditepisnya dengan niat dan ketulusan hati.
Padahal, kata dia, risiko tertabrak jika ada mobil atau motor yang mengalami rem blong pun kemungkinan terjadi.
“Kami pernah menahan sepeda motor rata-rata matic yang mengalami rem blong. Atau bahkan mobil, namun dengan bersama-sama kami menahan semuanya aman,” kata dia.
Tak jarang, Adib yang paham mengenai mesin kendaraan pun mendapati mobil rusak atau mogok karena kampas koplingnya terbakar pada saat nanjak.
Atau bahkan, sejak di turunan sudah tak kuat menanjak.
Dia dan teman-temannya pun harus bersabar dan menahan diri.
Prinsip yang mereka pegang adalah menolong tanpa pamrih.
Itu pula yang mereka terapkan jika ada orang yang ditolong kemudian memberikan sejumlah uang.
“Kami pasti menolak (uang itu). Tapi, kalau makanan kami terima sebagai pengganti lelah,” jelasnya.
Ditambahkan Adib, tanjakan Cino Mati memang cukup terjal dan menikung sehingga kebanyakan pengendara yang berasal dari luar daerah kaget melintasi kawasan tersebut.
Terlebih, akses jalan di kawasan tersebut juga sempit.
“Kuncinya kalau lewat tanjakan Cino Mati itu tenang,” ulasnya.
Begitu pula dengan Wahyudi, anggota Laskar Putra Mataram Pleret (LPMP) yang merelakan waktu bersilaturahmi untuk menjadi relawan di tanjakan maut.
Baginya, pekerjaan yang dilakukannya itu adalah bagian dari ibadah untuk kemanusiaan.
“Ada kepuasan bisa menjaga dan menyelamatkan jiwa rekan-rekan yang mudik Lebaran,” katanya.
Dia pun mengaku kerap bertugas setiap Lebaran, tahun baru dan long weekend di kawasan tersebut.
Bahkan, kegiatannya menjadi relawan itu didukung oleh segenap keluarga dan anak-anaknya.
Hal ini karena tugasnya berguna untuk kepentingan banyak orang. (*)
