Singgah di Masjid Bersejarah
Video Masjid Agung Magelang, Dibangun saat Inggris Menguasai Jawa
Selain bangunannya yang indah nan megah, masjid berusia ratusan tahun ini ternyata juga memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Lanjutnya, pada tahun 1779 dibuat sumur di dekat masjid sehingga bisa dijadikan untuk berwudu.
Dua puluh tahun berselang, bangunan masjid mengalami pemugaran meliputi penambahan mimbar dan tiang yang terbuat dari kayu jati didatangkan dai Bojonegoro.
"Pemugaran ini tertera dalam prasasti yang ditulis dengan dua bahasa yakni bahasa Arab dan Belanda, yang saat ini masih terawat dengan baik di dalam Masjid Agung Kauman," katanya.
“Dung”
Di Masjid Agung Kauman Kota Magelang dahulu di era 1980-an, setiap bulan Ramadan, terdapat tradisi yang cukup unik.
Momen jelang buka puasa, ditandai dengan suara keras dari meriam.
Suara ”dung” maupun ”bom” itu yang terdengar saat sejenis petasan berbentuk bola berdiameter sekitar 10 sentimeter itu dinyalakan.
Di dalam bola itu diisi dengan serbuk mercon yang di tengahnya dipasang sumbu.
Saat disulut bom diletakkan di ujung tabung berisi sekitar 1,5 meter.
Sebelum dinyalakan, bom yang sudah dipasang di tempatnya harus diarahkan ke udara, kemudian dinyalakan menggunakan korek api pada sumbunya.
Baca: Warga Kota Yogya Diimbau Tidak Bunyikan Petasan selama Ramadan
Setelah itu bom akan meluncur keatas didiringi dengan suara dentuman seperti suara bom.
”Suara itu lah yang oleh warga Magelang menjadi satu-satunya tanda berbuka puasa,” kata Miftah.
Petasan itu dinyalakan setiap jelang berbuka puasa atau jelang waktu magrib, di tengah alun-alun.
Suara dentuman tersebut bahkan dapat terdengar hingga di seluruh pelosok Kota Magelang.
Masyarakat setempat mengenalnya dengan suara ”dung”.