Cerita Saat Air Tiba-tiba Mengalir Begitu Sultan Agung Menancapkan Tongkatnya

Sultan Agung menancapkan tongkatnya ke tanah, dan mengucurlah air yang mengalir ke lembah. Tempat itu akhirnya dinamakan Banyusumurup

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM / Krisna Sumargo
Berdiri terpencil di sebuah lembah perbukitan Mangunan, Masjid Banyusumurup memiliki riwayat panjang nan bersejarah. 

Sesungguhnya Adipati Maospati-Madiun (1797-1810) ini melawan ekspansi VOC, bukan memberontak pada penguasa Mataram. Ia diburu pasukan VOC dibantu sekutu keraton, dan akhirnya terpojok dan gugur di Kertosono, Jawa Timur.

Jenazah menantu Sri Sultan HB II ini dibawa ke Keraton Yogyakarta, dan sesudah dipertontonkan kepada umum, dimakamkan di Banyusumurup, menyatu dengan kuburan para hukuman lain pada 1810.

Pada 1957 di masa Sri Sultan HB IX, makam Raden Ronggo Prawirodirjo III ini dibongkar dan dipindahkan ke makam Gunung Bancak di Magetan, Jawa Timur. Di makam inilah bersemayam istrinya, BRAy Maduretno, putri Sri Sultan HB II.

Pembongkaran dan pemindahan kerangka jenazah Raden Ronggo Prawirodirdjo III inilah yang menyisakan cerita seru seram sekaligus mistis. Tak banyak yang tahu kisah apa yang menyertai pemindahan kerangka Raden Ronggo ini. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved