Konon, Dahulu Kala Para Dewa Menancapkan Gunung Merapi untuk Seimbangkan Pulau Jawa
Boleh percaya boleh tidak, terdapat banyak kisah yang menggambarkan bagaimana asal usul gunung merapi
TRIBUNJOGJA.com - Gunung Merapi, salah satu gunung api paling aktif di Indonesia ini menjulang setinggi 2,390 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung api yang berada di wilayah Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten ini menyajikan keindahan alami yang bisa membuat siapapun berdecak kagum. Namun dibalik keindahannya, Gunung Merapi menyimpan potensi ancaman bahaya yang nyata.
Semisal pada letusan tahun 1006 yang disebut oleh seorang geolog Belanda, Van Bemmelen telah menyebabkan Pulau Jawa seluruhnya tertutup abu. Bahkan letusan inilah yang disebut-sebut merupakan penyebab pindahnya pusat Kerajaan Medang atau Mataram Kuno ke Jawa Timur.
Baca juga: Sembilan Penunggu Gunung Merapi, dari Pasukan Lelembut Hingga Pimpinan Para Dedemit
Kemudian letusan pada tahun 1872. Letusan ini dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama.
Hingga sekarang, Gunung Merapi masih aktif. Menghimpun energi untuk menghasilkan erupsi yang biasanya terjadi lima tahun sekali. Namun, pascaerupsi tahun 2010, berbagai kalangan ahli menyatakan bahwa 'perilaku' merapi sudah berubah. Siklus lima tahunan itu bisa saja berubah. Akan tetapi yang pasti, menurut istilah Geolog Dr Surono, bahwa merapi tak pernah ingkar janji.
Itu merupakan rangkaian panjang dari proses pembentukan merapi. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Pra Merapi (400 ribu tahun lalu), Merapi Tua yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan (60 ribu hingga 8 ribu tahun lalu), Merapi Pertengahan yang membentuk Pasar Bubar (8 ribu - 2 ribu tahun lalu) serta Merapi Baru yang membentuk Gunung Anyar sekitar 2000 tahun lalu hingga sekarang.
Jika itu merupakan proses perkembangan merapi berdasarkan pendekatan ilmiah, lantas bagaimana dengan perkembangan merapi lewat sudut pandang mitologis? Boleh percaya, boleh tidak namun kisah ini hidup dan berkembang dalam berbagai cerita rakyat. Bagaimana kisahnya?
1. Gunung Merapi, pasak penyeimbang Pulau Jawa
Konon dahulu kala, Pulau Jawa tidak seimbang seperti sekarang. Melainkan miring ke sebelah barat. Ini karena di ujung barat, terdapat banyak gunung, sementara di bagian tengah dan timur tidak ada.
Lucas Sasongko Triyoga dalam bukunya yang berjudul Manusia Jawa dan Gunung Merapi menyebutkan bahwa untuk menyeimbangkan pulau jawa itulah, Dewa Krincingwesi kemudian memerintahkan untuk memindahkan Gunung Jamurdwipa di barat Pulau Jawa, ke tengah pulau jawa, tempat sekarang berdirinya Gunung Merapi.
Namun pemindahan Gunung Jamurdwipa ini menghadapi kendala. Salah satunya lantaran ada dua orang empu sakti yang hidup di tengah pulau jawa. Keduanya yakni kakak beradik Empu Rama dan Permadi.
Para Dewa yang mendatangi kedua empu ini pun mengakui kesaktiannya. Mereka meminta keduanya untuk berpindah karena tempat tersebut akan menjadi tempat ditancapkannya pasak bumi penyeimbang pulau jawa.
Namun kedua empu ini menolak dengan alasan mereka tengah mengerjakan keris yang harus dikerjakan hingga selesai. Jika tidak, maka akan terjadi kekacauan.
Mendengar hal itu, Dewa Krincingwesi murka lalu menjatuhkan Gunung Jamurdwipa diatas mereka. Kedua empu ini terkubur hidup-hidup. Roh keduanya dipercayai menjadi penjaga Gunung Merapi hingga sekarang. Keduanya bahkan menjabat sebagai raja dari semua makhlus halus di Merapi. Sementara perapian tempat mereka membuat keris, menjadi cikal bakal penamaan merapi.
Perapian ini juga yang diyakini sebagai cikal bakal lahar panas Gunung Merapi.
2. Gunung Merapi berasal dari Gunung Himalaya
Cerita lainnya menyebutkan bahwa Gunung Merapi dulunya berasal dari bagian dari Gunung Himalaya. Kisah nyaris sama yakni para dewa saat itu membutuhkan patok untuk menyeimbangkan pulau jawa. Namun, cerita yang satu ini agak berbeda dalam hal asal pembentukan Gunung Merapi.
Disebutkan bahwa Bathara Bayu diperintah Hyang Guru untuk mengambil bagian Gunung Himalaya untuk ditancapkan di Pulau Jawa. Namun dalam perjalanannya, bagian-bagian gunung ini jatuh di bagian barat pulau jawa. Bagian pangkal gunung himalaya ini jatuh berkeping-keping hingga menyebar dan menjadi sejumlah gunung di Jawa Barat semisal Gunung Guntur, Gunung Pangrango, Gunung Tangkuban Perahu, dll.
Bathara Bayu kemudian terbang ke wilayah tengah pulau jawa. Lalu menjatuhkan bagian lambung gunung himalaya. Jatuhnya sangat keras hingga jatuh berkeping-keping pula. Ini menjadi cikal bakal sejumlah gunung di wilayah tengah pulau jawa. Semisal Gunung Slamet, Sindoro, Merbabu, Sumbing, Lawu dan Gunung Merapi sendiri. Sementara di bagian timur, bagian gunung himalaya berubah menjadi Gunung Semeru, Gunung Mahameru dan sejumlah gunung lainnya.
Adapun kisah keberadaan Empu Rama dan Permadi juga muncul di kisah ini. Namun ada satu tokoh lagi yang muncul yakni Nyai Gadung Melati, sahabat kedua empu. Saat bagian Gunung Himalaya dijatuhkan, ketiganya tengah bersemedi. Mereka berhasil menyelamatkan diri dengan cara memukul tanah hingga menghasilkan rekahan tanah menjadi terowongan mereka untuk menyemalatkan diri. Terowongan ini kemudian menjadi cikal bakal Telaga Putri, Telaga Nirmala dan Telaga Muncar.
Lantaran perapian mereka telah rusak dan berubah menjadi gunung, maka Empu Rama kemudian memutuskan untuk membuat pusaka di wilayah timur, sedangkan empu permadi bertugas di wilayah barat. Sementara para sahabatnya diperkenankan untuk menjaga di wilayah tengah. Mereka antara lain, Nyai Gadung Melati, Prabu Jagat, dll. Mereka menghuni Kedaton Watu Garuda, Kawah Gendol, Geger Boyo, Gunung Kendil, Plawangan, serta Turgo.
Demikianlah berbagai kisah mitologi yang menyebar sebagai cerita rakyat. Anda boleh percaya boleh tidak. (*)