Merapi Kembali Alami Letusan Freatik, Semburkan Asap 700 Meter
Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik pada Senin (21/5/2018) dini hari. Namun, tak sebesar letusan Jumat lalu.
Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah 2 Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Singgih Setianto meminta agar para pendaki mematuhi aturan yang sudah diberikan.
"Kalau untuk aturan dan prosedur dari kita sudah jelas. Yang kita mau para pendaki mengubah sikapnya," jelas Singgih pada Minggu sore (20/05/2018) di Kantor BPPTKG DIY.
Aturan yang dimaksud oleh Singgih adalah batas aman para pendaki di Gunung Merapi. Para pendaki hanya dibatasi hingga pos Pasar Bubrah, yang jaraknya sekitar 600 meter dari puncak.
Menurut Singgih, area puncak hanya diijinkan untuk kegiatan penelitian serta khusus bagi pihak yang berwenang.
"Para pendaki sudah kita berikan briefing sebelum mendaki oleh pengelola basecamp. Papan larangan pun sudah kita pasang di Pasar Bubrah," jelas Singgih yang memantau kawasan Merapi di Klaten dan Boyolali.
Pernyataan ini dikeluarkan oleh Singgih lantaran para pendaki saat kejadian erupsi freatik pada 11 Mei silam telah melanggar aturan.
Mereka diketahui mendirikan kemah di luar batas aman yang sudah ditetapkan. Saat itu ada 160 pendaki yang berada di dekat puncak Merapi.
"Setelah mereka kita evakuasi, kita berikan peringatan agar jangan mengulang hal yang sama," jelas Singgih.
Setelah peristiwa kemarin, Singgih pun menyatakan bahwa pihak TNGM akan memperketat serta melengkapi prosedur yang sudah ada, terutama untuk para pendaki.
"Terutama kita tekankan pada perlengkapan pendakian serta batas amannya," ujar Singgih.
Terkait pendakian Merapi, Singgih juga mengungkapkan bahwa jalur masih ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Jalur yang ditutup adalah Pos Selo dan Pos Sapuangin, yang merupakan jalur pendakian resmi Merapi.
Singgih menyebut penutupan ini guna berjaga-jaga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan dan tidak terduga.
"Kita juga masih menunggu hasil analisis dari BPPTKG mengenai perkembangan Merapi, walau saat ini statusnya sudah normal," ujar Singgih. (tribunjogja.com)