Aktifitas Merapi
Allahu Akbar! Warsini Lima Kali Jatuh Bergulingan Saat Lari di Lereng Merapi
Warsini bisa sangat jelas menyaksikan puncak Gunung Merapi yang pagi itu cuaca di sekitarnya sangat cerah.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Iwan Al Khasni
Tenaga mereka nyaris habis. Ternyata mereka sudah dijemput suami Warsini yang menyusul dari rumah. Selain mereka sudah tidak ada seorangpun lainnya.
Setelah istrahat sebentar, Warsini memancal motornya ke sekolah anaknya di Srunen. Rupanya murid-murid SD Srunen sudah diungsikan ke Jambon, jauh di bawah dari dusun mereka.
Warsini pulang sebentar, tapi penduduk dusun sebagian sudah mengungsi. Situasi pagi itu sangat mencekam, panik, dan tangis terdengar bersahut-sahutan.
Ia lalu pergi menyusul anaknya bersama suaminya. Sesudah situasi kembali tenang, mereka pulang ke rumah di Dusun Kalitengah Lor.
Sampai sore, rumput dan sabit serta kain gendong mereka masih tertinggal di puncak bukit Kukusan.
"Biar saja lah, nanti kalau sudah kuat ke sana," lanjut ibu satu putri ini.
Menurut Warsini dan Wartini, pagi sebelum berangkat merumput, mereka sebenarnya merasakan ada keganjilan di puncak gunung.

"Ada suara ngosrong (seperti tiupan angin kencang). Jelas sekali suaranya, dan pepohonan di puncak sana tak bergerak," kata Warsini.
Pengakuan ini dikuatkan pendengaran dan penglihatan yang sama oleh ayahnya, Wardi (57).
"Saya juga mendengar suara kemrongsong, seperti dari tubuh gunung," aku Wardi.
Tanda lain, asap yang keluar dari kawah Merapi juga terlihat lebih tebal dari biasanya.
"Tebal dan pekat cokelat," tambah Warsini. Keganjilan itu malah jadi bahan candaan mereka saat akan berangkat.
"Adik saya sempat nanya, nanti kalau njebluk piye, saya bilang, ya lari," lanjutnya.
Candaan itu ternyata jadi kenyataan. Keduanya mengalami peristiwa yang sangat menyeramkan tak jauh dari puncak Merapi.
Bahkan nyaris merenggut nyawa mereka. Warsini mengaku saat lari turun tak pernah lagi menengok ke belakang.