Aktion T4, Program Rahasia Paling Mengerikan Saat Nazi Membantai Ratusan Ribu Difabel

Hitler mengeluarkan perintah bernama Aktion T4 untuk menjaga kemurnian ras, pada praktiknya program ini telah membunuh ratusan ribu difabel

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Wikimedia Common
Salah satu foto yang memperlihatkan para korban program Aktion T4 

Euthanasia ini tidak pernah disetujui secara hukum, karena seluruh program dilaksanakan hanya mengandalkan surat yang ditulis oleh Hitler dan bukan pada keputusan resmi. Hitler dengan sengaja melewati Menteri Kesehatan dan departemennya, yang mungkin telah mengajukan pertanyaan tentang legalitas program tersebut.

Setelah itu, Reich Committee for Scientific Registering of Hereditary dan Congenital Illnesses didirikan sebagai institusi untuk memonitor dan mendaftarkan bayi yang baru lahir dengan kelainan tertentu.

Pembantaian rahasia bayi pun dimulai pada tahun 1939 dan meningkat setelah perang dimulai. Pada 1941, lebih dari 5.000 anak tewas.

Setidaknya ada enam pusat pembantaian yang didirikan berdasarkan keberadaan rumah sakit jiwa. Meliputi fasilitas di Bernburg, Brandenburg, Grafeneck, Hadamar, Hartheim, dan Sonnenstein.

Baca juga:

Irma Grese, Perempuan Penjaga Kamp Nazi Paling Sadis dalam Sejarah

Teriakan Menggetarkan Seorang Remaja Pemberani Menjelang Mautnya di Tiang Gantungan Nazi

Pembantaian yang Terlupakan! 10 Bukti Foto Mengerikan Genosida Nazi Terhadap Etnis Polandia

Tak hanya membunuh, namun mereka juga mengambil otak para korban euthanasia untuk digunakan sebagai bahan penelitian.

Nazi menggunakan berbagai tipuan ketika berhadapan dengan orang tua dan wali hukum. Seringkali, mereka akan berbohong dengan mengatakan bahwa anak-anak itu dikirim ke lembaga-lembaga khusus dimana mereka akan menerima perawatan medis lanjutan.

Anak-anak memang dikirim ke lembaga khusus, dimana mereka bertemu dengan kematian mereka.

Mereka dikumpulkan selama beberapa minggu untuk "penilaian" yang menentukan apakah ia layak hidup atau tidak. Bagi mereka yang dianggap tidak layak hidup, meka mereka akan disuntik dengan racun mematikan, fenol. Kemudian, penyebab kematian sering diklaim sebagai pneumonia.

Ketika perang berlangsung, persetujuan orang tua atau wali tidak lagi dianggap perlu, dan pembunuhan dilakukan jauh lebih cepat dengan melewati proses 'penilaian' atau penyaringan.

Orang tua yang memberontak sering diancam bakal dikirim ke kamp kerja paksa. Keluarga juga dilarang mengunjunginya. Praktek ini berlangsung hingga 29 Mei 1945, ketika anak terakhir dibunuh, tiga minggu setelah perang berakhir. Nama anak itu adalah Richard Jenne.

Richard Jenne, salah satu anak yang dibunuh di Fasilitas Euthanasia Kaufbeuren-Irsee pada Mei 1945.
Richard Jenne, salah satu anak yang dibunuh di Fasilitas Euthanasia Kaufbeuren-Irsee pada Mei 1945. (Wikimedia Common)

Kebijakan yang sama diterapkan pula pada orang dewasa.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved