Internasional
Sukhoi SU-27 Si Jet Tempur yang Kerap Bikin Ketar-ketir Pesawat Pengintai Amerika
Di antara pesawat-pesawat tempur dinasti Sukhoi yang paling sering mencegat pesawat-pesawat intai AS adalah Su-27.
Misalnya setiap unit pesawat Sukhoi memiliki jam terbang operasional sebanyak 2.000 jam terbang.
Maka setelah 2.000 jam terbang tercapai, pesawat harus masuk ke tahap perawatan seperti penggantian suku cadang dan lainnya.
Dengan demikian setiap kali para pilot TNI AU menerbangkan Sukhoi maka ‘jatah’ jam terbang Sukhoi juga makin berkurang.
Sementara berkurangnya jam terbang Sukhoi juga makin berpengaruh kepada tahap perawatan yang biayanya sangat besar.
Apalagi jika tahap perawatan sampai dilakukan di Rusia.
Oleh karena itu dengan pertimbangan operasional Sukhoi yang demikian mahal para pilot Sukhoi di Rusia malah jarang berlatih terbang menggunakan Sukhoi tapi pesawat-pesawat latih lainnya.
Sebaliknya para pilot Sukhoi TNI AU karena sudah memiliki kurikulum yang jelas setiap tahunnya tetap melakukan latihan terbang rutin.
Bahkan dari sisi jumlah jam terbang, para pilot Sukhoi TNI AU selalu mengalami peningkatan jumlah jam terbangnya setiap tahunnya.
Dengan jumlah jam terbang yang lebih banyak dibandingkan jam jerbang para pilot Sukhoi Rusia, maka dari sisi profesionalisme, kemampuan terbang pilot-pilot Sukhoi TNI AU menjadi lebih unggul dibandingkan para pilot Sukhoi Rusia.
Oleh karena itu ketika Indonesia ingin membeli Sukhoi, seperti Su-35 dan para pilot Sukhoi TNI AU harus berlatih di Rusia, mereka sering dibuat terkejut.
Pasalnya banyak pilot latih Rusia yang jam terbangnya justru di bawah para pilot Sukhoi senior TNI AU.
Para pilot TNI AU yang sedang dilatih terbang menggunakan jet tempur Sukhoi, kadang juga merasa ‘jengkel’ karena para pilot latih Rusia termasuk pelit dalam membagikan ilmu terbangnya.
Ketika berlatih terbang di Rusia, para pilot TNI AU sebenarnya lebih membutuhkan ketrampilan menerbangkan Sukhoi sambil mengoperasikan persenjataan.
Tapi karena parktek menggunakan persenjataan Sukhoi juga butuh biaya sangat mahal, maka ketrampilan yang sangat dibutuhkan dalam pertempuran udara yang sesungguhnya itu hanya bisa dipoleh dengan menggunakan simulator. (*)